PENTINGNYA IDEALISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh
Siti
Badriyah
Abstrak
Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
dalam ide.sedangkan pendidikan merupakan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Implikasi Aliran filsafat Idealisme dalam Pendidikan diantarnya; a) tujuan
untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar serta
kebaikan sosial; b) Kurikulum,
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan; c) Metode,
diutamakan metode dialektika (saling
mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif
dapat dimanfaatkan; d) Peserta didik
bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya; e) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
Kata kunci: Filsafat, idealisme, pendidikan
PENDAHULUAN
Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut
sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Dalam
konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi.
Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas
atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan
didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif
tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik
terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa.
Idealisme
merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga
sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan
pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan.
Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta
didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Filsafat
Istilah
filsafat secara etimologi merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan phylosophy
(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani aifosolif (philoshopia). Kata philosophia
merupakan kata majemuk yang tersusun dari kata philos atau philein yang berarti
kekasih, sahabat, mencintai dan kata shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmat,
kearifan, pengetahuan. Dengan demikian, philosophia secara harfiah berarti
mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Cinta
mempunyai pengertian yang luas, sedangkan kebijaksanaan mempunyai arti yang
bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya.
Filsafat
secara umum merupakan studi tentang seluruh fenomena dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar (wikipedia. Org). Hal senada
disampaikan Kemdikbud (2013:75) bahwa kata kebijaksanaan (wisdom) dalam
mempelajari filsafat berarti upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup
yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Menurut Effendy
dalam Taniredja, dkk. (2012: 54) filsafat berarti aktifitas berfikir secara
murni atau sebagai kegiatan akal manusia dalam usahanya untuk mengetahui segala
sesuatu yang dilihat atau dihadapinya. Filsafat juga diartikan sebagai produk
dari kegiatan berfikir murni tersebut, yang berwujud ilmu sebagai hasil
pemikiran dan penyelidikan filsafat, sehingga filsafat dapat berwujud suatu
bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai suatu ideologi.
Plato
mengatakan, filsafat tidak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles
beranggapan, bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda.
Immanuel Kant
mengatakan bahwa filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan
yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu; a. Apakah yang dapat
diketahui? (Jawabannya: Metafisika), b. Apa yang seharusnya diketahui dan
dikerjakan? (Jawabannya: Etika), c. Sampai dimana harapan kita? (Jawabannya:
Agama), d. Apa itu manusia (Jawabannya: Antropologi)
Harold H. Titus
, menurutnya filsafat mengandung lima hal berikut;
-
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak
kritis.
-
Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi
-
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
-
Filsafat adalah sebagai analisa logis
dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
-
Filsafat adalah sekumpulan
problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Podjawijatna menjelaskan
bahwa filsafat itu secara etimolog keinginan untuk menjadi bijaksana atau
pandai.
N. Drijarkara, S.J,
menjelaskan, filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya, yang dengan
mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat “yang diterima saja”
mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan
dan sikap yang praktis.
Hasbullah Bakry,
filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Harun Nasution,
filsafat secara terminologi dapat diartikan berfikir menurut tata (logika)
dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
2.
Pengertian Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran
filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi
adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena
pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari
aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang
menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Idealisme
merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga
sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan
pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan.
Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta
didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum
masehi oleh Plato (427-347 SM). Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai
suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan
budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal).
Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami
perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi
yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan
dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh
tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti
akan tetap benar.
Tokoh-tokoh
Idealisme :
1). Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut
Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai
alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
2).
Immanuel
Kant (1724 -1804)
Ia menyebut
filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini
menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap
sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada
pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung
pada sebuah pengalaman.
3). Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a) Pengetahuan
diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan
hati.
b)
Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran
manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya
akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika
tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut
hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi,
yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu
lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah
dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau
pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat
abstrak.
c)
Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna.
Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal,
tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada
kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4). J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M).
Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin.
Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte:
manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut,
manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi
pengertian seperti yang dipikirkannya.
5). F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Inti dari
filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas
murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang
subyektif dengan yang obyektif. Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang
pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi,
yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam
sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling
berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja
atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
6). G. W. F.
Hegel (1770-1031 M.)
Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia
berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu
roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya.
Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
2.Pengertian
pendidikan
Istilah lain pendidikan yang sering
didengar adalah “pedagogik” dan “pedagogi”. Pedagogik artinya mendidik atau
ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi berarti pendidikan. Pedagogik berasal dari
kata Yunani paedagogiek, turunan kata dari kata “paedos/paes” , yang berarti
anak, dan “aegogos/ago” yang mengantar atau membimbinga. Paedagogos berarti
“seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya
mengantarkan dan menjemput anak-anak ke dan dari Sekolah”dari perkataan
paedagogos lahir kata paedagogog (bahasa belanda), yang artinya pendidik atau
ahli didik. Jadi secara harfiah pedagogik itu berarti pembantu laki-laki yang
mengantarkan anak majikannya ke sekolah”. Secara kiasan pedagogik diartikan
sebagai ‘seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu”
(Syamsul Yususf, 2007).
Secara etimologi bisa dipahami bahwa
pendidikan merupakan bimbingan, pertolongan atau latihan yang diberikan dengan
sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Berikut
adalah definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Driyakara
mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.
b. Dalam
Dictionary Of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah: 1. Proses dimana
seseorang mengembangkan sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam
masyarakat dimana dia hidup; 2. Proses sosial dimana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimum.
c. Crow
and Crow mengemukakan, bahwa: “the function of education must be recognize to
be the guidance of a learner, at all stages or his wants, needs, and
potentialities that will insure for him a personally satisfying and socially
desirable patttern of living”.
d. Jhon
Dewey mengartikan pendidikan sebagai “suatuproses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan
prkembangan dari orang dewasa dan
kelompok dimana ia hidup”.
e. M.
J. Langaveld berpendapat, bahwa pendidikan adalah “setiap pergaulan yang
terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana
pekerjaan mendidik itu berlangsung” (Syamsul Yusuf, 2007)
f. Nana
Sudjana mengemukakan. Pendidikan adalah” usaha sadar memanusiakan manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial,
moral sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.
g. Al-Abrasyi,
memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya
hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,
sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya,
mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun tulisan.
h. Hasan
Langgugulung meninjau pendidikan dari dua segi. Dari segi pandangan masyarakat
pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda,
agar hidup masyarakat tetap berlanjut atau dengan kata lain, masyarakat
mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi
agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Sedangkan dari sisi
individu pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan
tersembunyi.
i.
Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005)
mengemukakan bahwa pendidikan itu dimaknai berdasarkan fungsinya yaitu: 1)
pendidikan sebagai proses transformasi budaya, 2) pendidikan sebagai proses
pembentukan pribadi, 3) pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan,
4) pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja.
j.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
1. Implikasi
Aliran filsafat Idealisme dalam Pendidikan
a)
Tujuan,
untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
b)
Kurikulum,
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan.
c)
Metode,
diutamakan metode dialektika (saling
mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif
dapat dimanfaatkan.
d)
Peserta didik
bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
e)
Pendidik
bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama
dengan alam.
f)
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran
idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si
anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan
daripada siswa; (3) guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4)
guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disenangi oleh siswa; (5) guru
menjadi teman dari para siswanya; (6) guru harus menjadi pribadi yang mampu
membangkitkan gairah siswa untuk belajar; (7) guru harus menjadi pribadi yang
komunikatif; (8) guru harus mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan
ajar yang diajarkannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan
paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan salah satu aliran
filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya
yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant
(1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel
(1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh
di Amerika adalah William T. Haris yang menggagas journal of speculative
philosophy.
Implikasi
filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk
karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan
dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode
dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta didik bebas untuk
mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
Daftar
pustaka
Taufik, M, Pengantar
Pendidikan, Bandung: CV. Mujahid Press,
2013
Damanhuri,Pendidikan Kewarganegaraan,Serang:UNTIRA PRESS,2014
Bahaf, Afif Muhamad,Filsafat
Umum,Serang:MA-eye Press,2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar