Kamis, 31 Desember 2015

PENTINGNYA IDEALISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN




PENTINGNYA IDEALISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh
Siti Badriyah

Abstrak
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide.sedangkan pendidikan merupakan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Implikasi Aliran filsafat Idealisme dalam Pendidikan diantarnya; a) tujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar serta kebaikan sosial; b) Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan; c) Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan; d) Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya; e) Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.



Kata kunci: Filsafat, idealisme, pendidikan

PENDAHULUAN
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi. Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.  




PEMBAHASAN

1.      Pengertian Filsafat
Istilah filsafat secara etimologi merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan phylosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani aifosolif (philoshopia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang tersusun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata shopia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan. Dengan demikian, philosophia secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Cinta mempunyai pengertian yang luas, sedangkan kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya.
Filsafat secara umum merupakan studi tentang seluruh fenomena dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar (wikipedia. Org). Hal senada disampaikan Kemdikbud (2013:75) bahwa kata kebijaksanaan (wisdom) dalam mempelajari filsafat berarti upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang bermanfaat bagi peradaban manusia.
Menurut Effendy dalam Taniredja, dkk. (2012: 54) filsafat berarti aktifitas berfikir secara murni atau sebagai kegiatan akal manusia dalam usahanya untuk mengetahui segala sesuatu yang dilihat atau dihadapinya. Filsafat juga diartikan sebagai produk dari kegiatan berfikir murni tersebut, yang berwujud ilmu sebagai hasil pemikiran dan penyelidikan filsafat, sehingga filsafat dapat berwujud suatu bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai suatu ideologi.
Plato mengatakan, filsafat tidak lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles beranggapan, bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Immanuel Kant mengatakan bahwa filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu; a. Apakah yang dapat diketahui? (Jawabannya: Metafisika), b. Apa yang seharusnya diketahui dan dikerjakan? (Jawabannya: Etika), c. Sampai dimana harapan kita? (Jawabannya: Agama), d. Apa itu manusia (Jawabannya: Antropologi)
Harold H. Titus , menurutnya filsafat mengandung lima hal berikut;
-          Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
-          Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi
-          Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
-          Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
-          Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Podjawijatna menjelaskan bahwa filsafat itu secara etimolog keinginan untuk menjadi bijaksana atau pandai.
N. Drijarkara, S.J, menjelaskan, filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya, yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat-pendapat “yang diterima saja” mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap yang praktis.
Hasbullah Bakry, filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Harun Nasution, filsafat secara terminologi dapat diartikan berfikir menurut tata (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.


2.      Pengertian Aliran Filsafat Idealisme
            Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.  
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi oleh Plato (427-347 SM). Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.

Tokoh-tokoh Idealisme :
1).    Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
2).    Immanuel Kant (1724 -1804)
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.
3).    Pascal (1623-1662)
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a)    Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati.
b)        Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.
c)        Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.
4).    J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin.   Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.
5).    F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif. Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
6).    G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)
Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).



2.Pengertian pendidikan
            Istilah lain pendidikan yang sering didengar adalah “pedagogik” dan “pedagogi”. Pedagogik artinya mendidik atau ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi berarti pendidikan. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogiek, turunan kata dari kata “paedos/paes” , yang berarti anak, dan “aegogos/ago” yang mengantar atau membimbinga. Paedagogos berarti “seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan dan menjemput anak-anak ke dan dari Sekolah”dari perkataan paedagogos lahir kata paedagogog (bahasa belanda), yang artinya pendidik atau ahli didik. Jadi secara harfiah pedagogik itu berarti pembantu laki-laki yang mengantarkan anak majikannya ke sekolah”. Secara kiasan pedagogik diartikan sebagai ‘seorang ahli yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu” (Syamsul Yususf, 2007).
            Secara etimologi bisa dipahami bahwa pendidikan merupakan bimbingan, pertolongan atau latihan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Berikut adalah definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli:
a.       Driyakara mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.
b.      Dalam Dictionary Of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah: 1. Proses dimana seseorang mengembangkan sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana dia hidup; 2. Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
c.       Crow and Crow mengemukakan, bahwa: “the function of education must be recognize to be the guidance of a learner, at all stages or his wants, needs, and potentialities that will insure for him a personally satisfying and socially desirable patttern of living”.
d.      Jhon Dewey mengartikan pendidikan sebagai “suatuproses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan prkembangan dari orang dewasa dan  kelompok dimana ia hidup”.
e.       M. J. Langaveld berpendapat, bahwa pendidikan adalah “setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung” (Syamsul Yusuf, 2007)
f.       Nana Sudjana mengemukakan. Pendidikan adalah” usaha sadar memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia.
g.      Al-Abrasyi, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun tulisan.
h.      Hasan Langgugulung meninjau pendidikan dari dua segi. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berlanjut atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Sedangkan dari sisi individu pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.
i.        Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005) mengemukakan bahwa pendidikan itu dimaknai berdasarkan fungsinya yaitu: 1) pendidikan sebagai proses transformasi budaya, 2) pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, 3) pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan, 4) pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja.
j.        Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
1.      Implikasi Aliran filsafat Idealisme dalam Pendidikan
a)      Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b)      Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c)      Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d)     Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
e)      Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.
f)       Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan daripada siswa; (3) guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disenangi oleh siswa; (5) guru menjadi teman dari para siswanya; (6) guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah siswa untuk belajar; (7) guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (8) guru harus mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya.



KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris yang menggagas journal of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.




Daftar pustaka
Taufik, M, Pengantar Pendidikan,   Bandung: CV. Mujahid Press, 2013
Damanhuri,Pendidikan Kewarganegaraan,Serang:UNTIRA  PRESS,2014
Bahaf, Afif Muhamad,Filsafat Umum,Serang:MA-eye Press,2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar