KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT,
atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu yang ditentukan dan dapat menyusun
laporan ini.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan pembawa syafaat bagi
umat muslim di hari akhir nanti.
Makalah
ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepada kami dengan
harapan kami mendapatkan nilai sesuai dengan yang kami harapkan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang membantu menyusun makalah ini sehingga terselesaikannya makalah ini.
Oleh karena itu saran dan kritik dibutuhkan untuk
menjadikan penyusun mampu membuat makalah dengan lebih baik lagi. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.....................................................................................................i
Daftar
Isi.............................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.............................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3
Tujuan Pembahasan.....................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1Pengertian kreativitas……………....................................................................2
2.2
ciri-ciri keberbakatan…. ……………….....................................................3
2.3perkembangan kreativitas anak…….............................................................9
2.4faktor
Pendukung Dan Penghambat Kreativitas anak
2.4.1 Faktor Pendukung Kreativitas Anak
2.4.2 Faktor Penghambat Kreativitas Anak
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan
kesenangan belajar dan bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan
ingin tahu mereka yang sangat tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk
mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui
sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka senang bermain boneka,
pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan
melalui bahan alami seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan
pisang untuk membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa
yang mereka lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita
yang banyak, walaupun mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat
dan mencapai cita-cita mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.
Mereka juga belum
menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang
sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi belajar,
seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar,
dan lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera
mungkin. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan
kepada anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya
adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif mungkin
sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang
dilakukan oleh gurunya.
Kreativitas dan bakat pada
diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi
yang kreatif.Sebagai pribadi yang kreatif,kelak mereka bukan saja dapat
meningkatkan kualitas pribadinya,tetapi juga dapat meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa dan negara.Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan
keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan
efisiensi kerja.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran
kreatif.Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran,
sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di
samping pemikiran logis dan penalaran.Namun dalam kenyataannya masih sedikit
sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak.
Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang
membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya di sekolah dasar.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di
atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini. Antara lain :
ü Pengertian kreativitas;
ü Ciri-ciri kreativitas;
ü Perkembangan kreativitas anak;
ü Faktor pendukung dan penghambat kreativitas anak usia dini;
ü Strategi 4P dalam pengembangan kreativitas anak usia dini;
ü Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran.
1.3
Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang
telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan penulisan makalah ini
antara lain :
ü Pertama-tama tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
mata kuliah perkembangan peserta didik;
ü Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian kreativitas;
ü Mahasiswa mampu mengklasifikasikan ciri-ciri kreativitas;
ü Mahasiswa memahami bagaimana tahapan dalam proses berfikir kreatif;
ü Mahasiswa mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
kreativitas anak usia dini;
ü Mahasiswa mengetahui strategi 4P dalam mengembangkan kreativitas anak usia
dini;
ü Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara dalam mengembangkan kreativitas
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Secara alamiah
perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani, kematangan
emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak
memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif
dan produktif. (Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar
Bahasa Indonesia berasal dari kata dasarkreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu. (Trisno Yuwono, 2003 : 330) Menurut
Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan Herdianto, kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang
berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana pendekatannya adalah pada kuantitas dan
keragaman jawaban.
Secara operasional, kreativitas
dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran keluwesan (fleksibilitas),
dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Syafaruddin dan
Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang
kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut
psikolog humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami Munandar
menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila
seseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia
mampu menjadi, mengaktualisasikan, atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow
aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas
yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang,
terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)
Menurut Harris seperti
dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa
kreativitas dapat ditinjau dari (3) hal, yaitu :
a.
Krativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau
menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan
mengombinasikan, mengubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada;
b.
Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk
menerima perubahan dan pembaharuan, bermain dengan idedan memiliki
fleksibilitas dalam pandangan;
c.
Krativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerjakeras dan
terus menerus sedikit demi sedikit untuk membuat perubahan danperbaikan
terhadap pekerjaan yang dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak
biasa serta menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap
berbagai persoalan. (Semiawan,
1999: 89) Dari beberapa defenisi oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan
menggabung-gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini
adalah sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal
yang tidak asing lagi bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi
ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam
beberapa istilah, yaitu :
Ø Pribadi (person),
yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan cirri/karakteristik
dari orang-orang kreatif. Maksudnya, kreativitas merupakan ungkapan unik dari
seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap, dan perilakunya;
Ø Proses (process),
yaitu kreativitas merupakan proses yang mencerminkan kelancaran dalam berfikir;
Ø Pendorong (press),
yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui kemampuannya untuk melepaskan
diri dari urutan pikiran yang biasa;
Ø Produk, (product),
yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. (Ahmad Susanto, 2011 :
112-113)
2.2 Ciri-ciri Kreativitas
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.Anak
dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri.Mereka
lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak
pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari
orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan
pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang
inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari
tradisi. Rasa percaya diri,keuletan dan ketekunan membuat mereka tidakcepat
putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Thomas Edison seperti yang
dikutip oleh Utami Munandar mengatakan
bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali,
sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat
manusia.Pribadi yang kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan.
Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang
lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah yang mungkin timbul dan
implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35)Adapun
ciri-ciri kreativitas ada (3) macam yaitu :
a. Kefasihan,
yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended)
dengan beberapa alternatif jawaban yang benar;
b. Fleksibilitas,
yaitu kemampuan siswa menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan
beberapa cara;
c. Kebaruan, yaitu
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan
beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak biasa dilakukan siswa pada
tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. (Hamdani, 2002 : 4)
Menurut Guilford dikutip oleh
Ahmad Susanto bahwa ada lima sifat yang menjadi ciri-ciri berfikir kreatif,
yakni :
Ø Kelancaran, ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
Ø Keluwesan, ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan
masalah;
Ø Keaslian, ialah kemampuan untuk memecahkan dengan cara yang asli;
Ø Penguraian, ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan diperinci,
secara jelas, dan panjang lebar;
Ø Perumusan kembali, ialah kemampuanuntuk meninjau sesuatu persoalan
berdasarkan persfektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak
orang. (Ahmad Susanto, 2011 hal : 117-118)
Menurut Williams yang
dikutip oleh Utami Munandar (Utami Munandar, 1999 : 88) ada dua ciri-ciri
kreativitas, yaitu :
a.
Kognitif, yaitu kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir kreatif. Ada beberapa ciri-ciri kreativitas ditinjau dari kognitif, yaitu :
·
Kemampuan berpikir secara lancar (fluency);
·
Kemampuan berpikir luwes (flexibelity);
·
Kemampuaan berfikir orisinilitas;
·
Kemampuan menilai;
·
Kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
b.
Afektif, yaitu ciri-ciri
afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap
mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afektif ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi
dengan ciri-ciri kognitif.Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
·
Rasa ingin tahu;
·
bersifat imajinatif;
·
Merasa tertantang oleh
kemajemukan;
·
Sifat berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)
·
Sifat menghargai.
Dalam kaitannya dengan
kreativitas pada anak usia dini, Ihat Hatimah seperti dikutip oleh Ahmad
Susanto mengemukakan beberapa bentuk kretivitas pada anak usia dini, yaitu :
a.
Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi :
·
Berfikir luwes;
·
Berfikir orisinal;
·
Berpikir terperinci;
·
Berpikir menghubungkan.
b.
Aspek sikap, yang meliputi :
·
Rasa ingin tahu;
·
Ketersediaan untuk menjawab;
·
Keterbukaan;
·
Percaya diri;
·
Berani mengambil resiko.
c.
Aspek karya, yang meliputi :
·
Permainan;
·
Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 : 121-122)
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang
kreatif.Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa
percaya diri.Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan)
dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi
mereka amat berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan
kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat
kesalahan dan mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui
oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat
kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri,keuletan dan ketekunan
membuat mereka tidakcepat putus asa dalam
mencapai tujuan mereka.
2.3 Perkembangan
Kreativitas Anak
Hurlock dikutip oleh
Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas menunjukkan bahwa
perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat diramalkan, ada
sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96)
Diantaranya :
a.
Jenis kelamin
Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak
perempuan, terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak
lelaki mendapat perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki
mendapat kesempatan yang lebih banyak daripada anak perempuan untuk hidup
mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk menghadapi resiko, mendapatkan
kesempatan dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan menampilkan keasliannya.
b. Status sosio-ekonomi
Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung
lebih kreatif daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok
pertama diduga mendapatkan perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok
keduanya lebih banyak mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang
demokratis dapat memelihara kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang
lebih banyak kepada anak untuk mengekspresikan individualitasnya dan mengejar
minat dan aktivitas menurut pilihannya sendiri. Yang lebih penting lagi
anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat kesempatan yang lebih
banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang diperluakan untuk
mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat
penting, dan pusat-pusat informasi yang dapat mendorong anak-anak untuk
berimajinasi serta berpikir dan bertindak secara kreatif.
c.
Posisi urutan kelahiran
Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas
yang berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki
kedudukan yang lebih penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu
memungkinkan lebih kreatif daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat
tekanan yang lebih besar untuk memenuhi harapan orang tua daripada anak
berikutnya.
d. Ukuran besar anggota keluarga
Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak
dari keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar
menuntut sikap yang lebih otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak
itu. Perlakuan yang otoriter cenderung menghambat perkembangan kreativitas.
Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung mendapat lebih banyak perlakuan
yang demokratis. Sikap tersebut memungkinkan bisa mendukung terciptanya suasana
dan sikap yang mendukung untuk pengembangan kreativitas.
e.
lingkungan kota versus desa
Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak
dari lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan
yang lebih memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota
lebih banyak tempat-tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan
yang mengundang setiap anak untuk mengembangkan kemampuan kreatif.
f.
Intelegensi
Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif
yang lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung
memiliki ide-ide yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik
itu, juga beralasan bahwa anak-anak yang cerdas pada akhirnya pantas dipilih
sebagai pemimpin daripada anak-anak seusianya.
2.4 Faktor Pendukung dan
Penghambat Kreativitas Anak
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang
yang dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat
faktor-faktor yang mendudukung dalam menumbuhkan kembangkan kreativitas juga
ada faktor-faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.
2.4.1 Faktor Pendukung
Kreativitas Anak
Pada mulanya kreativitas
dipandang sebagai faktor bawaan yang hanyadimiliki individu tertentu. Dalam
perkembangan selanjutnya, dikemukakanbahwa kreativitas tidak dapat berkembang
secara otomatis tetapi membutuhkanrangsangan dari lingkungan. Menurut Hurlock
dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mendorong
dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
·
Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga
hanya sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau
konsep;
·
Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok
sosial, anak dapat menjadi kreatif;
·
Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi
anak yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali
dilontarkan pada anak yang tidak kreatif;
·
Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting
dari semua kreativitas;
·
Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang
kreativitas anak;
·
Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang
tidak terlalu posesif akan mendorong kemandirian anak;
·
Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan
disekolah akan meningkatkan kreativitas anak;
·
Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam
kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik
kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)
Utami Munanadar
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mendukung kreativitas adalah :
·
Usia;
·
Tingkat pendidikan orang tua;
·
Tersedianya fasilitas;
·
Penggunaan waktu luang
Selain itu faktor yang
mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan anak mengatakan
bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan menggunakan
strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses,
dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)
Selain itu, ada (4) faktor
pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :
·
Rangsangan mental, dengan
memberikan motivasi, penguatan, dan menerimakekurangan dan kelebihan anak, anak
merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara
spontan;
·
Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan
kreatifitas anak, seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah,
terdapat hiasan-hiasan dinding, musik, aroma;
·
Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru
memberikan yang terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk
mengembangkan kreativitas anak;
·
Peran orang tua, orang tua
memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan kreativitas anak. Dengan
menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan percaya diri untuk
belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma,
12-11-2012)
2.4.2 Faktor Penghambat
Kreativitas Anak
Menurut Renzulli dalam Ahmad
Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling terkait serta merupakan
kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum,
kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad
Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami
berbagai hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat
mematikan kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak
merealisasikan potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka
belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita
mengancam dengan hukuman atau memaksakan aturan-aturan, tetapi juga bila kita
memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat hal yang mematikan
kreativitas, yaitu:
a.
Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi,
atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik
berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas
anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif
apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian
itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
b.
Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau
meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
c.
Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara
tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi
apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa
lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
d.
Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai
anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada
disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari,
bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan
tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan minatnya
terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru berumur
lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas
kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan
dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat
dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)
Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa
krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak,
anatara lain :
·
Penekanan bahwa guru selalu benar;
·
Penekanan berlebihan pada hafalan;
·
Penekanan pada belajar secara mekanis;
·
Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat untuk
menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)
Dalam kehidupan
sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai
polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan
efek kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak
merobek-robek kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak
main pasir karena takut anak terkena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi
kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktivitas
gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya. Penyikapan orang tua
seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang
menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)
2.5 Strategi Pengembangan
Kreativitas
Pada dasarnya setiap anak memiliki kecenderungan berbakat
dalam kreativitas dan memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun
masing-masing anak dalam bidang dan kadar potensi yang dimilikinya. Seperti
yang diungkapkan oleh Treffinger dalam Ahmad Suanto bahwa tidak ada anak yang
sama sekali tidak memiliki kreativitas. (Ahmad Susanto, 2011 : 128)
2.5.1 Peran Guru Dalam
Pengembangan Kreativitas Anak
Selama di sekolah, guru
mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan
terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan
belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah
dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran
dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama,
Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang
berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah
bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru
berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar
dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui
adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan
setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus
berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Menurut barbed and
Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru dalam
mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai
berikut :
Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru
melakukannya.Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan,
dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri
sendiri, guru perlu memiliki pengertian
tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat
perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa
yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak berbakat, dan
dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi.
Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan
menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang
terletak di luar jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat
diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai
dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan
dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai fasilitator belajar daripada sebagai
instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.
2.5.2 Strategi 4P dalam
Pengembangan Kreativitas Anak
Sehibungan dengan pengembangan kreativitas, ada empat
aspek yang dapat diperhatikan, yaitu pribadi, pendorong, produk, dan proses.
Dimana keempat aspek ini lebih dikenal dengan istilah 4P. (Ahmad Susanto, 2011
: 128) Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Pribadi, kreatifitas adalah ungkapan
keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik
inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
b.
Pendorong, untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari
lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian
penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri
(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang
dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan
yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif
anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi
dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya.
c.
Proses, untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan
untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk
melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting
adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara
kreatif
d.
Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya
mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan ,
kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai
produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya
dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih
menggugah minat anak untuk berkreasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seperti yang kita ketahui,
anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif
biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya.
Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat
masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan
ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
Perkembangan
kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika
anak-anak siap memasuki sekolah, mereka belajar bahwa meraka harus menerima
otoritas dan konformis dengan aturan dan tata tertib yang dibuat orang dewasa.
Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk diterima sebagai anggota
gang mencapai puncaknya. Ada beberapa strategi dalam mengembangkan kreativitas
anak, yaitu ;
a.
Peran guru dalam mengembangkan kreativitas anak;
b.
Strategi pembelajaran 4P;
c.
Strategi bermain.
3.2 Kritik dan Saran
Berdasarkan kenyataan
dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang
memperhatikan pengembangan kreativitas anak didiknya, maka dari itu kita
sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini
rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada pengembangan kreativitas anak-anak
didik dengan berbagai teori dan peran-perannya yang telah penulis ungkapkan
pada makalah ini demi kemajuan kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan
datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini
mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi.Dan segala
yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari diri saya.Penyusun sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran
dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad, Perkembangan
Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.
Syafaruddin &
Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.
Munandar, Utami,Mengembangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999.
Semiawan, Conny R, Perkembangan
dan Belajar Peserta Didik, Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar