Rabu, 02 Desember 2015

PENGERTIAN DAN FUNGSI SENI



PENGERTIAN  DAN FUNGSI SENI

 A.  PENDAHULUAN
Seni merupakan istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, music, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi.
Dalam seni, setiap orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni menunjang atau mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk atau mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan pendidikan seni.
Seni selalu menarik untuk dibicarakan bukan hanya karena keindahannya, tetapi terlebih-lebih karena pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, manusia tidak dapat lepas dari seni. Melekatnya seni pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia acap kali menyulitkan kita untuk memilah seni dan yang bukan seni. Apabila dapat disebut jenis-jenis seni seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra, seni drama dan seni-seni yang lain sering dijumpai kesulitan untuk memisah-misahkan perwujudan tiap-tiap jenis seni itu sebab seni yang satu dan yang lain selalu berkaitan.Mengacu pada kerangka pikir di atas, maka berikut akan diuraikan tentang:
a.    Pengertian seni
b.    Fungsi seni
c.    Klasifikasi seni

B.  PEMBAHASAN
1.      Pengertian Seni
Seni amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya. Seperti orang buta yang ingin melihat gajah itu, sering terjadi bahwa pandangan orang tentang seni tidak lengkap dan tidak menyeluruh. Orang buta yang meraba kaki gajah mengatakan gajah itu seperti bumbung bentuknya, sementara itu yang memegang telinganya, menganggap bentuk gajah seperti kipas yang besar, sedang yang kebetulan memegang ekornya mengatakan bahwa bentuk gajah seperti cacing. Bagi kita yang tidak buta tentu penggambaran-penggambaran tentang gajah itu aneh sekali dan menggelikan. Maka dalam rangka menjadi orang yang tidak buta seni perlu dikenali beberapa difinisi seni, dan insya Allah dengan menjumlahkannya kita akan memperoleh gambaran tentang seni yang agak luas.
   Definisi seni yang sering dikatakan orang menyebutkan bahwa “seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia”. Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana suatu usaha manusia menciptakan yang indah-indah dan dapat mendatangkan kenikmatan. Kalau diperhatikan pada bentuk seni tradisional kita, keindahan tersebut nampak jelas terlihat; seperti pada seni karawitan adalah paduan bunyi atau suara yang indah, ukiran kayu di rumah-rumah yang dijadikan sebagai hiasan menambah semaraknya pemandangan. Namun apabila yang kita hadapi adalah seni modern, justru bukan mustahil kita akan dihadapkan pada sesuatu hal yang justru sama sekali tidak indah dan mengenakkan.  
Kemudian dalam Ensiklopedia Indonesia “Apa yang disebut seni atau kesenian itu meliputi penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat atau mendengarnya”. Berdasarkan definisi ini seperti halnya definisi seni sebelumnya, bahwa seni sama-sama merupakan produk keindahan. Produk keindahan itu merupakan penciptaan dari berbagai macam hal baik yang bersumber dari sesuatu yang terlihat (seni rupa), terdengar (seni musik), gerakan (seni tari) dan lain sebagainya, serta dengan keindahan bentuk-bentuk tersebut membuat orang merasa senang.
Pengertian Seni menurut beberapa para ahli, yaitu:
a.        Ki Hadjar Dewantara: “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (lainnya). Definisi Ki Hajar Dewantara tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses‘transfer of feeling’, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan manusia
b.        Achdiat K. Mihardja: Seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si penerimanya. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman) dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan seni.
c.         Thomas Munro seorang ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika mendifinisikan bahwa “… seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional.
d.        Everyman Encyclopedia: menyebutkan bahwa seni adalah “… segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena dorongan kebutuhan spritual. Sendok misalnya, dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak dikategorikan sebagai karya seni tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat sentuhan seni.
e.         Paul Klee: Seni bukan merefleksi suatu yang terlihat tapi harus menjadikan sesuatu yang terlihat. Menurut jalan pikiran dalam difinisi tersebut sesuatu yang disebut seni dalam perwujudannya tidak merefleksi dari hasil amatan panca indra terhadap apa yang ada disekitarnya atau yang terlihat nampak di alam. Melainkan dari apa yang pikirkan, dirasakan oleh seorang seniman kemudian diwujudkan melalui media tertentu, sehingga dari apa yang nampak tersebut dapat diamati oleh para penonton atau penikmat seni.
f.         Susanne K. Langer: Istilah umum yang mencakup lukisan, pahatan, arsitektur, musik, tari, sastra, drama, dan film-dapat dibatasi sebagai kegiatan menciptakan bentuk-bentuk dapat dimengerti (perceptible) yang mengungkapkan perasaan manusia.
g.        Raymond F. Piper: seni adalah sesuatu kegiatan yang demikian dirancang untuk mengubah bahan alami menjadi benda-benda yang berguna atau indah, ataupun kedua-duanya, adalah seni. Hasil dari campur tangan dan roh manusia yang teratur ini adalah karya seni.

2.    Pengertian Pendidikan Seni
Kehidupan budaya manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami pola perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam, yang pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi artistic dan kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Beberapa konsep pendidikan seni yang pernah ada antara lain.
a.    Gerakan Reform
Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat belajar dengan baik dan mendapatkan “pelajaran” dari apa yang telah dialaminya sendiri, bukan hanya melalui cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri terlatih dalam menjalankan fungsinya.
b.      Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi
Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa “persepsi” anak-anak kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.
c.    Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi
Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa “ menggambar adalah alat untuk mengungkapkan pikiran” yang dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide. Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni pada proses kegiatannya yang terkait dengan kemampuan kognitif.
d.   Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif
Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah, bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa kreatifnya.
e.       Konsep Seni sebagai Keindahan
Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah didapatkan dari benda-benda yang terseleksi.
f.     Konsep Seni sebagai Imitasi
Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk alam.
g.      Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan
Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat. Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat menangkap makna atau mengerti pesan/ide penciptaannya.

Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya “ Art should be The Basis of Education “. Konsep ini menempatkan seni sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.

3.    Seni dan berbagai istilah dan asal mula
Istilah ‘seni’ dalam bahasa kita yang sekarang rasanya sudah begitu kita kenal ini (walaupun apa maknanya yang sebenarnya belum tentu kita mengenalnya!) sudah kita lupakan bahwa usianya masih sangat muda (istilahnya, bukan isinya) dan asalnya pun masih tidak jelas.
Istilah seni dapat ditelusuri dari awal yaitu dari arti kata seni itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia Indonesia seni diartikan:
           halus, tipis
           kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat menjadikan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.
           keahlian membuat karya yang bermutu.
           kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.
           air kencing.
Dalam bahasa Sansekerta ‘seni’ berasal dari kata ‘sani’ yang berarti: pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Hal itu berkaitan dengan kepentingan keagamaan yaitu kepentingan sesaji atau persembahan terrhadap dewa-dewa. Dalam bahasa Jawa Kuno terdapat kata ‘sanidya’ yang artinya pemusatan pikiran. Di dalam penciptaan seni tentu saja diperlukan pemusatan pikiran, tanpa pemusatan pikiran maka tidak akan tercipta seni. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa seni berasal dari bahasa Belanda ‘genie’ atau jenius. Istilah seni tersebut memberikan gambaran yang cukup jelas tentang aktivitas apa yang sekarang dibawakan oleh istilah tersebut.
Orang Jawa menyebut sesuatu produk kehalusan jiwa manusia yang indah-indah dengan istilah ‘kagunan’, atau ‘karawitan’ (yang kecil-kecil), dan umumnya tekanan produk tersebut memang pada kehalusan dan kerumitan pengerjaannya, seperti tatahan wayang kulit yang ‘ngrawit’, ‘cecekan’ batik yang halus, dan seterusnya.
Dalam bahasa Sansekerta, seni disebut “cilpa”. Sebagai kata sifat “cilpa” berarti: berwarna dan kata jadiannya ‘su-cilpa’ berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihias dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti: pewarnaan yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik. “Cilpasastra” dalam pelajaran sejarah kesenian adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang; dalam legenda mereka itu sama-sama keturunan sang Wicwakharman, dan sama-sama mengerjakan pekerjaan kekriyaan.
Dalam bahasa latin pada abad pertengahan, terdapat istilah-istilah “ars”, “artes”, dan “artista”. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti “societates mesteriorum” atau kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan tersebut (craft guilds); dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka di sini kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpin di atas. Ars itulah yang berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis), el arte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinya pun berkembang sedikit demi sedikit ke arah pengertiannya yang sekarang. Walaupun demikian, di Eropa ada juga istilah-istilah lain yang berhubungan dengan seni, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang berhubungan dengan seni. Saat ini, seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada umumnya. Pengertian umum tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud, 1989:816).
Bentuk-bentuk (karya seni) yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Kesenian tradisional kita, gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan telinga (pendengaran). Hiasan berupa ukiran yang menempel pada dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan mata. Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya. Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan tidak selamanya bertahan sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan.

4.      Fungsi Seni
Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa merujuk pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat. Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas terhadap kemapanan yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan dalam karyanya, ia tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang mendambakan semangat kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan (sistem sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka. Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karya-karyanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing (dalam Budhisantoso 1994) sampai pada kesimpulan bahwa kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai tujuh fungsi sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Ketujuh fungsi sosial itu adalah :
a.      Sarana kesenangan dan hiburan
Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi. Di sela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang akan menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya seni untuk memberi kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang tanpa menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan jiwa bagi orang yang menikmatinya.
b.      Sarana peryataan jati diri
Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan mengungkapkan jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan bahkan tidak jarang menjadi pujaan (idola).

c.       Sarana integratif
Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan perwujudan pemikiran, seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Poster misalnya, sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga dengan lagu-lagu perjuangan yang dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.
d.      Sarana terapi /penyembuhan
Mengingat sifatnya yang relatif bebas dari ketentuan sosial yang kaku, kesenian merupakan sarana objektif bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni yang dapat memberikan kesenangan, kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus menjadi sarana terapi yang baik bagi penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh para ahli kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan para penderita gangguan jiwa.
e.       Sarana pendidikan
Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat tradisional seni digunakan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern saat ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu mendorong berbagai potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun terintegrasi, pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah sangat membantu tidak saja terhadap pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya.
f.       Sarana pemulihan ketertiban
Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan emosionalmasyarakat sekitarnya, menyebabkan kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan, pertentangan dan ketegangan sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai sarana untuk memulihkan ketertiban dan persatuan masyarakat dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan secara indah dan memikat. Pesan-pesan secara halus dan terselubung itu dapat di pergunakan untuk mempengaruhi, masyarakat agar dapat mengendalikan perasaan permusuhan dan persaingan ke arah perdamaian. Fungsi ini terutama dibangun melalui kegiatan apresiasi seni. Dengan menghargai berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai berbagai perbedaan, budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok masyarakat lain. Lagu We Are The World yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan Imagine yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya, merupakan sebagian dari sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup dalam damai.
g.      Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis
Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan pemikiran mereka secara terselubung dan indah seringkali merupakan daya pikat yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni tersebut. Tidak jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu membangkitkan perasaan benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui karya-karya seni. Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu yang mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini turut larut dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis foto-foto dan musik tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang indah.

5.         Klasifikasi Seni
Klasifikasi terrhadap seni sudah sejak lama orang mencoba untuk melakukan pengklasifikasian terhadapnya,  termasuk filosof-filosof Yunani kuna seperti Plato dan Aristoteles. Mereka itu tidak semata membagi seni secara verbal saja tetapi berusaha untuk menerangkan alasan-alasannya secara metafisis, psikologis, sosial dan lain-lain yang memisahkan dan menghubungkan cabang-cabang seni yang ada. Beberapa diantaranya ada juga yang mempertimbangkan nilai-nilai relatif dari cabang-cabang seni itu dan mengaturnya secara hirarkis. Pembagian secara filosofis ini disebut ‘sistem’ dari cabang-cabang seni yang merupakan kebalikan dari pembagian secara acak atau serta-merta yang membagi seni menjadi beberapa bagian menurut medium ekspresinya, teknik pembuatannya maupun kegunaannya. “Pohon seni” di bawah ini berusaha menunjukkan klasifikasi seni tersebut menurut medium ekspresinya secara sederhana dan visual dalam bentuk cabang-cabang pohon berikut akar-akarnya yang dalam metafora ini mewakili motivasi yang mendorong kelahiran seni. Jagat seni memang kompleks dan penuh liku sehingga penyederhanaan-penyederhanaan tertentu perlu dilaksanakan di samping pembeberan landasannya yang filosofis. Berikut klasifikasi seni berdasarkan pohon seni:

Pohon Seni

Fungsi ‘Pohon Seni’ di atas terutama menunjukkan cabang-cabang seni yang ada berikut perkiraan volume dan urutan kelahirannya, namun sekaligus akar-akarnya dimanfaatkan untuk menggambarkan motivasi apa saja yang mendorong kelahiran seni. Motivasi kelahiran seni itu yaitu hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara praktis, hasrat komunikatif untuk bergaul dengan sesamanya, hasrat untuk memenuhi kebutuhan spiritual, hasrat ekspresif untuk menyalurkan emosinya keluar, dan hasrat untuk memenuhi kebutuhannya akan keindahan.
Adapun cabang-cabangnya, sesungguhnya cabang seni rupa, seni tari, dan seni musik itu adalah kurang lebih sama tua dan volumenya, tetapi karena cabang seni rupa meninggalkan bekasnya maka tampak sebagai paling besar volumenya dan paling tua juga usianya karena perekaman untuk musik dan tari belum lama ada.

6.      Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Anak usia SD merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak masih sangat tinggi. anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan spontan, karena daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan untuk berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos memungkinkan mereka untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak merupakan awal berkembangnya kreativitas. Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah Dasar adalah usia bermain, kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada pengembangan kreativitas.
Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya, demikian pula dengan pendidikan seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam bidang pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media pendidikan adalah konsep pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali diselenggarakan di sekolah-sekolah seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar, guru tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.
Pada usia SD, anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka “dibunuh” rasa keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal, pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan dan mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.



C.    PENUTUP
Konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah Dasar, perkembangan mental dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk digunakan. Pada usia SD anak masih memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan kreativitasnya. Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni music, seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas bagi anak tidak hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam kehidupannya sehari-hari, kreativitas memiliki peranan yang sangat penting.
Kreativitas bukan hanya kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat analisis yang tepat, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak dapat melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan seni yang dilakukan ini tetap menyenangkan bagi anak.









Daftar Pustaka


Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.answers.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar