Kamis, 31 Desember 2015

KLASIFIKASI MORFEM




KLASIFIKASI MORFEM

1. Morfem Tunggal dan Kompleks
Tentu kita telah memahami bahwa satuan sepatu bila dibandingkan dengan bersepatu, bersepatu hitam, Ia membeli sepatu dari toko, ternyata ada perbedaannya. Satuan sepatu tidak mempunyai satuan yang lebih kecil, sedangkan bersepatu terdiri dari satuan ber- dan sepatu; bersepatu hitam, terdiri dari satuan ber-, sepatu, dan hitam; serta satuan Ia membeli sepatu dari toko terdiri dari satuan ia, meN-, beli, sepatu, dari, dan toko. Satuan-satuan ber-, sepatu, hitam, ia, meN-, beli, dari, dan toko, masing-masing merupakan morfem tunggal, sedangkan satuan-satuan bersepatu, bersepatu hitam, Ia membeli sepatu dari toko, merupakan morfem kompleks.

2. Morfem Bebas dan Terikat
Dalam pembicaraan contoh morfem meN-, peN-, ber-, dan di-, sebenarnya telah diperlihatkan jenis morfem berdasarkan banyaknya alomorf yang menyatakannya. Morfem dihanya memiliki satu alomorf sedangkan morfem meN-, morfem peN-, dan morfem ber-masing-masing beralomorf lebih dari satu.
Morfem dapat digolongkan menurut kemungkinannya berdiri sendiri sebagai kata, bahkan sebagai kalimat jawaban atau perintah, juga ada morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Dengan kata lain, dalam tuturan biasa satuan-satuan gramatik itu ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terikat pada satuan lain. Satuan pohon, termasuk satuan yang dapat berdiri sendiri dan bisa sebagai jawaban pertanyaan Engkau sedang menggambar apa?; Engkau menebang apa?; dan sebagainya. Satuan meN-, peN-, ber-, di-, ternyata tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, melainkan selalu terikat pada satuan lain, misalnya terikat pada jual, menjadi menjual, penjual, berjual (an), dijual. Satuan-satuan yang semacam itu, yang selalu terikat pada satuan lain, di antaranya ter-, per-, -kan, -an, -i, ke-an, per-an. Satuan-satuan gramatik seperti itu disebut satuan gramatik terikat atau morfem terikat, sedangkan satuan gramatik yang dapat berdiri sediri dalam tuturan biasa, disebut satuan gramatik bebas atau morfem bebas.
Hubungan formal bagian-bagian morfem dapat juga digolongkan ke dalam morfem utuh dan
morfem terbagi. Morfem utuh, misalnya ter-, per-, pohon, lihat, pun, dsb. yang bagian-bagian
pembentuknya (fonem-fonem) bersambungan, sedangkan morfem terbagi, misalnya ke-an dan per-an, yang bagian-bagian pembentuknya tidak bersambungan. Morfem ke-an merupakan satu morfem, bukan merupakan penjumlahan dari dua morfem, ke- dan –an; demikian juga morfem per-an bukan morfem per- ditambah morfem –an, melainkan satu morfem saja. Kata kemanusiaan, misalnya, tidak dapat diuraikan menjadi morfem kemanusia* ditambah morfem an, maupun menjadi morfem ke- ditambah morfem manusiaan*. Kata kemanusiaan terdiri dari dari dua morfem, yaitu morfem manusia dan morfem ke-an.
Tentu kita telah mengenal dan memahami bahwa morfem terikat itu adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam tuturan biasa maupun secara gramatik, misalnya satuansatuan ber-, ter-, meN-, per-, -kan, -an, -i, ke-an, per-an, dan sebagainya. Satuan atau morfem-morfem tersebut bersama satuan lain membentuk satuan kata, misalnya morfem ber- bersama dengan morfem jalan membentuk kata berjalan; ter- bersama dengan pandai membentuk kata terpandai; meN- bersama dengan beli membentuk kata membeli; dan sebagainya. Proses morfologis di atas adalah proses pengimbuhan atau afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di depan disebut awalan atau prefiks, di tengah disebut sisipan atau infiks, di belakang disebut akhiran atau sufiks, dan di depan dan belakang disebut apitan, sirkumfiks, atau konfiks. Contohnya adalah sebaai berikut:
Prefiks : berkata
terasing
merasa
perasa
sebatang

Infiks : gerigi
gemuruh
telunjuk

Sufiks : tulisi
tulisan
lemparkan

Sirkumfiks : kemanusiaan
(Konfiks) keadaan
Satuan-satuan ku, mu, nya, kau, isme, dsb. dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri,
dan secara gramatik tidak mempunyai kebebasan. Satuan-satuan itu termasuk golongan satuan terikat atau morfem terikat. Perbedaannya dengan satuan-satuan ber-, ter meN-, per-, -kan, dan sebagainya, bahwa satuan ku, mu, nya, dan sebagainya itu tidak memiliki arti leksikal. Oleh karena itu, satuan-satuan seperti ku, mu, nya, dan sebagainya, tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks, tetapi termasuk golongan klitik. Klitik dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu proklitik dan enklitik. Proklitik ialah klitik yang terletak di muka, sedangkan enklitik, yaitu klitik yang terletak di belakang.
Contohnya:
Proklitik ku : kubeli
kulempar
kubawa
kau : kaubeli
kaulempar
kaubawa
Enklitik ku : rumahku
badanku
milikku
nya : rumahnya
badannya
miliknya
isme : sukuisme
sosialisme
patriotism
Ada satuan-satuan lain yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas. Akan tetapi satuan-satuan itu tidak dapat dimasukkan ke
dalam golongan afiks ataupun klitiks, karena satuan-satuan itu mempunyai sifat-sifat tersendiri, yaitu dapat dijadikan bentuk dasar. Atau dengan kata lain satuan-satuan itu merupakan morfem dasar yang terikat. Misalnya satuan cantum dalam tercantum, mencantumkan, dicantumkan; satuan juang dalam berjuang, pejuang, perjuangan, memperjuangkan; satuan giur dalam tergiur, menggiurkan; dan sebagainya. Satuan-satuan seperti di atas merupakan golongan tersendiri, yang di sini disebut pokok kata. Berikut ini beberapa contoh morfem dasar yang terikat (Kushartanti, 2005: 152), atau golongan pokok kata (Ramlan, 1983: 26) ialah aju, elak, genang, huni, imbang, jelma, jenak, kitar, lancong, paut, alir, sandar, baca, ambil, jabat, main, rangkak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar