BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peserta didik
tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam
pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik
merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga
perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam
perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan
kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang
perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga
tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan
anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik
perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu,
mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan
penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun
tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang perkembangan
kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap
perkembangan kognitif, antara lain:
1.
Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2.
Bagaimana proses perkembangan kognitif
peserta didik ?
3.
Bagaimana teori perkembangan kognitif
menurut Piaget?
4.
Bagaimana implikasi perkembangan
kognitif peserta didik ?
C.
Tujuan
penulisan
Dari rumusan masalah perkembangan
kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pengertian perkembangan
kognitif peserta didik.
2.
Mengetahui proses perkembangan kognitif
peserta didik.
3.
Mengetahui karakteristik perkembangan
kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4.
Mengetahui impikasi perkembangan
kognitif peserta didik.
D.
Manfaat
1. Bagi
penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif.
2. Bagi
pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan
mengenai perkembangan kognitif dan tahap. Dengan adanya makalah ini peserta
didik dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang
dimilikinya.
BAB
II
PERKEMBANGAN
KOGNITIF
PESERTA
DIDIK
A.
Pengertian
Perkembangan Kognitif
Perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan
dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yag berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi.
Dalam
pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai
salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Didalam buku
psikologi perkembangan karya Prof.Dr.Kusdwiratri Setiono, Psi. menyatakan bahwa
secara umum kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan oleh
seseorang. Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan
kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana,
pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami
sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,
sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Meyers
(1996), “cognition refers to all the
mental activities associeted with thinking, knowing, and remembering”.
Pengertian yang hampir sama juga diberikan oleh Margareth W. Matlin (1994),
yaitu : “cognition, or mental activity,
involves the acquisition, storage, retrieval and use of knowledge”. Dalam Dictionary
of Psychology karya Drever dijelaskan bahwa “kognitif adalah istilah umum
yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan
makna, penilaian dan penalaran” (Kuper & Kuper, 2000). Kemudian dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin
(2000), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai”.
Sejumlah ahli
psikologi menggunakan istilah thinking
atau pikiran untuk menunjuk pengertian yang sama dengan cognition (kognisi), yang mencakup aktifitas mental. Meyers (1996)
menjelaskan bahwa, “thinking or
cognition, is the mental activity associated with processing, understanding,
and communicating information... these mental activities, including the logical
and sometimes illogical ways in which we create concepts, solve problems, make
decision, and form judgments”. Alkinson, dkk (1991) mengartikan berpikir
sebagai “ kemampuan, membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam
ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang
berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui manipulasi yang
nyata”. Menurut Syah (2009) ranah kognitif ini meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran
yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam
posting (Anwar Holil, 2008).
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran
adalah istilah yang digunakan oleh ahli pskologi untuk menjelaskan semua
aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan langkahnya.
B.
Teori
Perkembangan Kognitif
1.
Menurut Piaget
·
Ide-ide dasar Teori Piaget
Piaget mengemukakan beberapa konsep
dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
a. Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa saja yang mereka lihat dan
mendengarkan dengan pasif. Sebaliknya mereka secara natural memiliki rasa ingin
tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk
membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi.
Dalam memahami dunia mereka, anak menggunakan apa
yang disebut oleh Piaget dengan skema, yaitu konsep atau kerangka yang ada
dalam pikiran mereka yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterprestasikan informasi.
b. Anak mengorganisasi apa yang mereka
pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak hanya
mengumpulkan apa saja yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah
menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu
pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
c. Anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses yang
bertanggungjawab, yaitu: assimilation dan accomodation. Asimilasi terjadi
ketika seorang anak memasuki pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah
ada. Akomodasi terjadi ketika anak
menyesuaikan diri pada informasi baru.
d. Proses ekuilibrasi menunjukan
adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek. Menurut
Piaget, melalui kedua proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi sistem kognisi
seseorang berkembang bertahap sehingga kadang-kadang mencapai keadaan
equilibrum, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya
di lingkungan. Kondisi ini menimbulkan konflik kognitif atau disequilibrum,
yakni ketidaknyamanan mental yang mendorongnya untuk membuat pemahaman tentang
yang mereka lihat.
Tujuan utama dari
metode ini adalah untuk mengikuti jalan pikiran si anak itu sendiri, sehingga
dapat dimengerti mengapa timbul respon demikian pada anak tersebut.
Tahap
Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
Sensorimotor
|
Usia
0-2 tahun
Bayi
bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
|
Tahap
Pra-operasional
|
Usia
2-7 tahun
Anak
mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata
dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.
|
Tahap
Pra-Operasional
|
Usia
7-11 tahun
Pada
saat ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
|
Tahap
Pra-Operasional
|
Usia
11-Dewasa
Remaja
berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
|
Menurut Piaget,
perkembangan dari masing-masing tahap-tahap tersebut merupakan hasil perbaikan
dan perkembangan dari perkembangan tahap sebelumnya. Perubahan-perubahan
kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir. Piaget menggunakan
istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwa kognisi
merupakan sistem yang selalu diorganisasi dan diadaptasi, sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema (struktur
kognitif) adalah proses atau cara mengorganisasi dan merespon berbagai
pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan,
perilaku, pikiran dan strategi pemecahan
masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai
tantangan dan jenis situasi.
Adaptasi (struktur
fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukan
pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses
perkembangan kognitif. Dari sudut biologi, asimilasi adalah integrasi antara
elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme.
Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek ekternal menjadi struktur
pengetahuan internal. (Lerner & Hultsch, 1983).
Akomodasi adalah
menciptakan langkah baru atau memperbarui, atau menggabungkan istilah lama
untuk menghadapi tantangan baru. Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme
yang ingin mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya. Harus mencapai
keseimbangan, yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan dan aktivitas
lingkungan terhadap individu.
C.
Implikasi
Teori Perkembangan Kognitif Piaget Terhadap Pendidikan
Teori-teori
kognitif yang diajukan Piaget sebenarnya hanya bermaksud menerangkan dan
memberi satu pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kognisi anak-anak
berkembang. Teresa M. Mc Devvit Jeane Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa
implikasi teori Piaget bagi guru-guru disekolah, yaitu:
Ø Memberi
kesempatan kepada peserta didik melakuka eksperimen terhdap objek-objek fisik
dan fenomena-fenomena alam.
Pada
tingkat pra-sekolah eksplorasi ini dapat berupa permainan dengan air, pasir,
balok-balok kayu, dan lain-lain. Selama tahun-tahun sekolah dasar, eksplorasi
mungkin dilakukan melalui beberapa aktivitas, seperti melempar dan menangkap
bola, menjelajahi alam, bekerja dengan menggunakan stik es krim, dan lain-lain.
Demikian
juga halnya dengan siswa-siswa sekolah menengah meskipun telah memiliki
kemampuan untuk berfikir abstrak, masih perlu diberi kesempatan untuk
memanipulasi dan melakukan eksperimen dengan benda-benda konkret, seperti
bereksperimen dengan menggunakan alat-alat di laboratorium, kamera, dan film,
peralatan memasak dan makan, atau dengan peralatan tukang kayu.
Ø Mengeksplorasi
kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan atau pemberian
tugas-tugas pemecahan masalah.
Dengan
memberikan tugas-tugas Piagetian, baik yang berkaitan dengan keterampilan
berpikir operasional konkret maupun operasional formal (seperti konservasi,
multifikasi, separasi atau mengontrol variabel-variabel, penalaran proporsional
dan sebagainya), serta dengan mengobservasi respons siswa terhadap tugas-tugas
tersebut, guru akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana
pemikiran penalaran para siswa.
Ø Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterprestasikan tingkah
laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.
Tahap-tahap
perkembangan Kognitif Piaget memang tidak selalu akurat dalam mendeskripsikan
kemampuan berpikir logis para siswa, tetapi bagaimanapun tahapan pemikiran yang
diajukannya dapat memberikan petunjuk tentang pemikiran dan proses penalaran
siswa pada berbagai tingkat usia (Metz, 1997). Guru sekolah dasar misalnya akan
memahami bahwa siswanya kemungkinan menghadapi kesulitan dengan proporsi
(seperti : pecahan atau desimal) dan dengan konsep-konsep abstrak (seperti :
konsep keadilan, kebaikan, dan lain-lain). Sedangkan bagi guru sekolah menengah
tentu akan lebih mengharapkan siswanya mendiskusikan ide-ide tentang kemajuan
hidup masyarakat meskipun berupa pemikiran yang tidak realistis.
Ø Tahap-tahap
perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang
berbeda.
Guru
harus tidak meremehkan atau tidak mengunggulkan kemampuan berpikir siswa saat
sekarang. Sebaliknya, siswa pada setiap tingkat didorong untuk secara aktif
menggabungkan informasi yang ada agar sampai kedalam skema mereka. Untuk itu,
mereka harus melakukan tindakan atas informasi dengan berbagai cara, dan proses
pendidikan di sekolah harus memberi siswa kesempatan untuk memiliki pengalaman
atas dunia.
Ø Merancang
aktivitas kelompok dimana siswa berbagai pandangan dan kepercayaan dengan siswa
lain.
Menurut
Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak memahami bahwa orang
lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan pandangannya sendiri dan
ide-ide mereka tidak selalu akurat dan logis.
Dalam
hal ini, menarik apa yang ditulis Piaget (dalam William Crain, 1980): Children
Begin to think logically to coordinate two dimensions simultaneoously partly by
learning to consider two or more perspective in their dealings with other.
Thus, interactions should be encouraged, and the most benificial ones are
thoses in which children feel dominated by an authority who knows the “right”
anwer, they will have difficulty appreciating differences in perspectives. In
group discussions with other children, in contrast, they have a better
opportunity do deal with different viewpoint as stimulating challenges to their
own thinking.
Kritik Terhadap Teori Piaget
Piaget
adalah tokoh besar di bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya tentang
perkembangan kognitif memberikan pengaruh luar biasa dan bertahan hingga kini.
Berkat
jasa Piaget, dunia menerima pandangan bahwa anak dan remaja adalah pemikir
aktif dan konstruktif yang melalui interaksi dengan lingkungannya, membentuk
perkembangan mereka sendiri. Beberapa ide Piaget tentang pemikiran operasional
formal mulai dipandang memiliki kelemahan. Misalnya, dalam mendeskripsikan
urutan perkembangan kognitif, Piaget kurang mempertimbangkan variasi
individual. Padalah sejumlah penelitian menunjukan terdapat lebih banyak
variasi individual pada pemikiran operasional formal daripada yang dibayangkan
Piaget.
Dalam
hal ini Adams & Gullotta (1983), menyatakan bahwa pengalaman personal dalam
berbagai aspek kehidupan, secara umum mungkin menentukan aplikasi dari pemikiran
formal operasional tersebut. Demikian juga dengan David Elkind (1998)
memperlihatkan betapapun pemikiran remaja telah jauh berkembang dibandingkan
pemikiran anak usia sekolah, tetapi dalam beberapa hal pemikiran remaja
terlihat kurang matang yang dimanifestasikan setidaknya dalam enam
karakteristik, yaitu:
v Idealisme
dan kekritisan. Ketika para remaja memimpikan dunia yang ideal, mereka
menyadari betapa jauhnya mereka dengan dunia nyata, dimana mereka memegang
tanggungjawab orang dewasa.
v Argumentativitas.
Para remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba atau menunjukkan
kemampuan penalaran formal baru mereka. Mereka menjadi argumentatif ketika
mereka menyusun fakta dan logika untuk mencari alasan, misalnya: begadang.
v Ragu-ragu.
Para remaja dapat menyimpan berbagai alternatif dalam pikiran mereka pada waktu
yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka kekurangan strategi
efektif untuk memilih.
v Menunjukkan
hypocrisy. Remaja sering tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan
sesuatu yang ideal dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.
v Kesadaran
diri. Para remaja sekarang dapat berpikir tentang pemikirn-pemikiran mereka
sendiri dan pemikiran orang lain. Kesadaran diri remaja yang demikian disebut
oleh Elkind sebagai “imaginary audience” , yakni perilaku menarik perhatian,
keinginan untuk diperhatikan, tampil menonjol dan menjadi pusat perhatian,
seperti seorang yang tampil dipanggung.
v Kekhususan
dan ketangguhan. Karakteristik lain yang menunjukkan ketidakmatangan pemikiran remaja
adalah keyakinan remaja tentang dirinya yang spesial, unik, dan tidak tunduk
pada peraturan yang mengatur dunia, atau disebut oleh Elkind sebagai “personal fable” (dongeng pribadi).
Bentuk egosentrisme khusus ini mendasari perilaku self-destructive dan
berisiko. Dalam sebuah studi tentang personal fable, remaja lebih cenderung
melihat dirinya rapuh terhadap resiko-resiko tertentu, seperti alkohol dan
obat-obatan lainnya (Qurdrel, Fischoff, & Davis, 1993).
D. Perkembangan Proses Kognitif
Berbeda dengan
piaget, para pakar psikologi pemrosesan informasi tidak menggambarkan
perkembangan kognitif dalam tahap-tahap atau serangkaian subtahap tertentu.
Sebaliknya, teori pemrosesan informasi lebih menekankan pentingnya
proses-proses kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan kognitif,
seperti perhatian memori, metakognisi dan strategi kognitif. Teori pemrosesan
informasi ini setidaknya didasarkan atas
tiga asumsi umum , pertama, pikiran
dipandang sebagai suat sistem penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-individu memproses
informasi dari lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi
dari seorang individu (Zigler &
Stevenson,1993 ).
Berdasarkan pada
asumsi-asumsi diatas, dapat di pahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih
menekankan pada bagaimana informasi memproses informasi tentang dunia mereka,
bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi masuk ke dalam
pikiran, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi
disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan
berpikir. Jadi inti dari pendekatan pemrosesan informasi ini adalah proses
memori dan proses berpikir.
Robert siegler (1998) mendeskripsikan tiga
karakterisitik utama dar pendekatan pemrosesan informasi, yaitu : (1) proses
berpikir, (2) mekanisme pengubah, (3)
modifikasi diri.
Para ahli teori
pemrosesan informasi tidak selalu setuju
tentang mekanisme tertentu yang terlibat dalam belajar dan mengingat
informasi. Meskipun demikian, beberapa
orang dari mereka setuju atas beberapa
ide dan konsep dasar teori ini, yaitu :
a.
Input dari lingkungan hanya memberikan
pengarus yang kecil bagi proses kognitif.
b.
Memori manusia melibatkan dua mekanisme
penyimpanan, yaitu : memori aktif
(working memory) dan memori jangka panjang (longterm memory)
c.
Perhatian adalah penting dalam roses
jangka panjang.
d.
Berbagai proses kognitif terlibat dalam perpindahan informasi
dari memori aktif ke memori jangka panjang.
e.
Manusia mengontrol bagaimana ia
memproses informasi.
f.
Perkembangan kognitif meliputi perubahan
ggradual dalam berbagai komponen dar sistem pemrosesan informasi.
E.
Aspek
perkembangan kognitif peserta didik
Aspek perkembangan kognitif peserta
didik terdiri dari persepsi, mekanisme persepsi, ingatan atau memori,
perkembangan memori, dan atensi atau perhatian.
1.
Persepsi
Perepsi
merupakan salah satu aspek kognitif manusia yag sangat penting. Tanpa persepsi
yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena,
informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.
·
Pengertian
persepsi
Istilah
persepsi berasal dari bahasa inggris perseption, yang diambil dari bahasa latin
“perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus Inggris
Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan atau tanggapan” (echol
dan shadili,1997). Menurut leavet 1978 perception dalam pengertian sempit
adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam
arti luas, perceptio adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu.
Chaplin
(2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali objek dan
kejadian objektif dengan bantuan indra”. Sedangkan Morgan (1979) mengartikan
persepsi sebagai “the process of discriminating among stimuli and of
interpreting their meaning”. Menurut Matlin (1994), “perception is a proces
that uses our previous knowledge to gather and interpret the stimuli that our
sense register. Hampir senada dengan matlin, matsumoto (2000) mendefinisikan “
perception is the process of gathering information about the world through our
sense “.
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses
penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan
menginterpretasi stimulus (rangsaan) yang diterima oleh sistem alat indra
manusia. Segala informasi tentang dunia akan sampai ke individu melalui indra
seperti indra penglihatan menangkap cahaya dan benda-benda, indra pendengaran
menangkap gelombang suara, indra pengecap menangkap rasa, indra temperatur
menangkap suhu udara. Namun dalam prakteknya, pengindraan itu tidak bekerja
sendiri, melainkan merupakan kombinasi dari berbagai alat indra lain.
Penilaian
( appraisal) seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan meelalui
proses kongnitif, yaitu proses mental yang memungkinkan seseorang mengevaluasi,
memaknai dan menggunakan informasi yang diperoleh melalui kongnitif yang ada
pada diri manusia akan memugkinkan erjadiya proses penyaringan, perubahan atau
modifikasi dari stimulus yang ada.
Jadi,
manusi tidak memberikan respon terhadap setiap stimulus secara otomatis seperti
sebuah mesin. Namun, antara stimulus dan respon terdapat penyela, yaitu proses
kongnitif atau yang disebut oleh lazarus (1991) sebagai : penilaian kongnitif
( cognitive appraisal ) . proses kognitif
inilah yang mengarahkan pola pikir dan reaksi-reaksi kognitif yang kompleks
lain nya. Sehubungan dengan hal ini, piaget (dalam cremers, 1988) menulis :
Manusia
bukan reaktor pasif terhadap stimulus ekstern atau dorongan naluriah intern
yang mendeterminiasai dirinya (lingkunga dan kumpulan objek statis tersendiri,
yang terpisah dari subjek yang mengobservasinya); tetapi manusia adalah makhluk
yang membangun (konstruktis) kognitifnya secara aktif, yang senantiasa menyusun
reaksi-reaksi kogntifnya tentang realitasnya sehingga lingkungan dapat dilhat
sebagai hasil penilaiain dirinya.
§ Mekanisme persepsi
Persepsi
adalah proseo kognitif yang kompleks untuk mnghasilkan suatu gambaran yang unik
tentang relistas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya.
Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga
komponen utama, yaitu : seleksi, penyusunan, dan penafsiran.
a. Seleksi
adalah proses penyarigan oleh indra terhadap stimulus. Seleksi percetual ini
tidak hanya bergantung pada determina
determinan utama dari perhatian seperti : intensitas (intensity),
kualitas (quality), kesegaran (suddennes), kebaruan (novelty), gerakan
(movement) dan kesesuaian (kongruity) dengan muatan kesadaran yang telah ada
melainkan juga tergantung pada minat, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai yang
dianut.
b. Penyusunan
adalah proses mereduksi, mengorganisasikan, menata, atau menyederhanakan
informasi yang kompleks dalam suatu yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt,
manusi secara alamiah memiliki kecenderungan tetentu dan melakukan penyederhanaan
struktur di dalam mengorganisasikan objek-obek perceptual. Berdasarkan
pemikiran ini, mka Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang
kecenderungan-kecenderungan dalam menyusun informasi ini diantaranya prinsip
kemiripan (similarity), prinsip kedekatan (proximility), prinsip ketertutupan
atau kelengkapan (closure), prinsip searah (direction), dan lain-lain (Solso,
1988 ; Brennan, 1991)
c. Penafsiran
adalah proses menerjemahkan atau menginterprstasikan informasi atau stimulus
kedalam bentuk tingkah laku sebagai respons.
§ Memori (ingatan)
Memori
adalah sistem kognitif manusi yang mempunyai fungsi menyimpan in formasi atau
pengetahuan. Suharman (2005) menyatakan
bahwa : ingatan atau memory menunjuk pada proses penyimpanan atau
pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime)”,
sementara itu, menurut Caplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa
lampau yang dapat di ingat kembali. Myers (1996), mendefinisikan memori sebagai
: “the process by which we encode, store, and retrieve information”. Santrock
(2004) mendefinisikan memori sebagai retensi ( ingatan ) informasi dari waktu
ke waktu, dengan melibatkan encoding (pengkodean), storage (penyimpanan), dan
retrieval (pengambilan kembali).
§ Perkembangan Memori
Setelah
anak usia 7 tahun tidak terlihat adanya peningkatan yang berarti. Namun, mereka
memproses informasi menunjukan keterbatasan-keterbatasan dibandingkan dengan
orang dewasa. Berbeda halnya dengan memori jangka panjang, terlihat adanya
peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa usia sekolah. Ini
dikarenakan memori jangka panjang sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan
belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.
Dalam suatu studi tentang
perkembangan memori, dilaporkan rentang memori meningkat bersamaan dengan
bertambahnya usia. Pada usia 2 tahun, anak dapat mengingat 2 digit, pada anak
usia 7 tahun meningkat menjadi 5 digit dan 7 digit pada usia 12 tahun.
Imagery (perbandingan) adalah tipe
dari karakteristik pembayaran dari seseorang (chaplin,2002). Reese misalnya
menunjukan bahwa meskipun perbandingan bermanfaat bagi anak-anak usia 6 tahun
telah menggunakan perbandingan mental secara spontan dalam berbagai tugas
mereka. Selanjutnya, Yulle dan Catchpole menyatakan bahawa memori anak-anak kelas
satu sekolah dasar meningkat setelah mereka dilatih membentuk perbandingan
interaktif. Demikian pentingnya penggunaan strategi perbandingan dalam meningkt
memori anak, maka Fly dan Lupart merekomendasikan agar para pendidikhendaknya
memberikan lebih banyak pelajaran tentang bagaimana belajar. Singkatnya,
anak-anak yang lebih muda dapat memperoleh manfaat dari latihan yang dirancang
untuk meningkatkan memori mereka (Matlin, 1994).
Retrieval (pemunculan kembali)
adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan
(Chaplin,2002). Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak belajar bagaimana
menggunakan keempat strategi yaitu : reahearsal,organization, imagery,
retrieval.
Atensi ( Perhatian)
Sejumlah
psikolog memandang atensi mempunyai peranan dalam proses persepsi.
a.
Pengertian
Atensi
Atensi
(attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang
digunakan yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara
merespons dalam sistem kognitif (Parkon, 2000). Menurut chaplin (2002), atensi
adalah konsentrasi terhadap aktivitas mental. Sedangkan Margaret W. Matlin
(1994). Menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap
suatau tugas mental, dimana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain
yang menggangu.
b.
Perkembangan
Atensi
Aspek-aspek
atensi yang berkembang selama masa bayi memiliki arti yang sangat penting
selama tahun-tahun prasekolah. Penelitian telah menunjukkan bahwa hilangnya
atensi (habitutation) dan pulihnya atensi ( dishabituation) jika diukur pada 6
bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun
prsekolah.
Para ahli
psikologi perkembangan meyakini bahwa perubahan ini mencerminkan suatu
pergeseran pengendalian kognitif perhatian sehingga anak-anak bertindak kurang
impulsif (Santrock, 1995)
John Flavel (
dalam Woolfolk & Nicolich,2004 ) mendeskripsikan empat aspek atensi yang
berkembang seiring dengan bertambah besarnya anak, yaitu :
a.
Ketika anak-anak tumbuh semakin besar,
ia lebih mampu mengendalikan atensinya. Mereka tidak hanya memiliki atensi
dangkal, tetapi mereka juga semakin berkembang ketika fokus pada apa yang
penting dan mengabaikan detail-detail yang tidak relevan.
b.
Seiring dengan perkembangannya,
anak-anak menjadi lebih baik dalam menyesuaikan kemampuan atensinya dengan
tugas.
c.
Anak-anak mengembangkan kemampuannya
untuk merencanakan bagaimana ia akan mengarahkan atensinya. Mereka akan mencari
kata kunci untuk menentukan sesuatu yang penting dan siap untuk memperhatikan.
d.
Anak-anak mengembangkan kemampuan mereka
untuk memonitor atensinya, menetapkan apakah mereka menggunakan strategi yang
tepat, dan mengubah pendekatan saat diperlukan untuk mengikuti rangkaian
peristiwa yang kompleks.
F.
Implikasi
Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Pada
perkembangan kognitif peserta didik anak secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk memperoleh informasi, dan mereka dapat pengetahuan dan kehlian
yang kompleks.
Beberapa
strategi yang dapat digunakan pendidik dalam mengembangkan proses-proses
kognitif siswa.
1.
Ajak peserta didik untuk memfokuskan
perhatian dan meminimalkan gangguan
2.
Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan
nada suara yang menunjukan bahwa ada sesuatu yang penting
3.
Bantu peserta didik untuk membuat
isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami satu kalimat yang perlu
diperhatikan.
4.
Gunakan komentar instruksional
5.
Buat pembelajaran menjadi menarik
6.
Gunakan media dan teknologi secara
efektif
7.
Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk
membuat proses pembelajaran menjadi lebih menenangkan
8.
Ubah lingkungan fisik dengan mengubah
tata ruang, dan model tempat duduk.
9.
Member pelajaran pada siswa dengan
mengharuskan peserta didik menyentuh, membaui, atau merasakan.
10.
Hindari prilaku yang membingungkan
11.
Dorong peserta didik untuk mengingat
materi pembelajaran secara lebih mendalam
12.
Bantu peserta didik menata informasi
yang akan dimasukkan kedalam memori.
13.
Bantu peserta didik mengingat kembali
informasi yang disajikan sebelumnya.
14.
Bantu peserta didik memahami dan
mengkombinasikan informasi
15.
Latih peserta didik menggunakan strategi
mnemonik. Yakni strategi memori dengan cara menghafal.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan
kognitif peserta didik sangat penting untuk dipahami khususnya bagi pendidik.
Karena pendidik merupakan tonggak dalam proses pendidikan. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Perkembangan
kognitif kanak-kanak awal menurut Piagetian adalah sejak umur 2-7 tahun. Pada
masa itu Piaget menyebutnya dengan tahap pra-operasional, dimana sang anak
berpendapat hanya menurut sudut pandangnya saja, tidak mampu memberikan
penjelasan meskipun ia mengetahui sebab akibat dari suatu kejadian, dan
mengatributkan kehidupan pada benda mati.
Faktor yang
mempengaruhi kemampuan kognitif kanak-kanak awal adalah emosional sang ibu dan
nutrisi atau pola makan yang dikonsumsi sang ibu sebelum dan sesudah lahir.
Kemampuan
kognitif yang mencakup didalamnya potensi dan kreativitas anak pada masa kanak-kanak
awal dapat terwujud jika orangtua nya sangat peduli terhadap perkembangan
anaknya, serta diberi kebebasan untuk anak agar mampu mengembangkan potensi
yang ia miliki. Serta memberikan contoh yang baik demi perkembangan anak
selanjutnya.
2.
SARAN
Sebagai orang
tua harus mampu memberikan teladan yang baik untuk anaknya dan mengetahui
sejauh mana kemampuan dan perkembangan anak. Selain perang orangtua, peran
pendidik juga sangat penting dalam memahami perkembangan peserta didik, demi
terlaksananya proses pendidikan yang berkualitas.
Daftar
Pustaka
Dr.H.M Hosnan Dip.Ed,M.Pd. 2015. Children’s Psychology Development (Psikologi
Perkembangan Peserta Didik-P3D). Jakarta:-.
Taufik, M. 2014. Psikologi Pendidikan dan Bimpesdik. Depok: PGSD Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar