Rabu, 02 Desember 2015

BAGAIMANA PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang 
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.      Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2.      Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3.      Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Piaget?
4.      Bagaimana implikasi perkembangan kognitif peserta didik ?


C.      Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2.      Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3.      Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4.      Mengetahui impikasi perkembangan kognitif peserta didik.

D.      Manfaat
1.      Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif peserta didik, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif.
2.      Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini dapat memberikan wawasan mengenai perkembangan kognitif dan tahap. Dengan adanya makalah ini peserta didik dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.

















BAB II
PERKEMBANGAN KOGNITIF
PESERTA DIDIK

A.      Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yag berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Didalam buku psikologi perkembangan karya Prof.Dr.Kusdwiratri Setiono, Psi. menyatakan bahwa secara umum kognisi diartikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan oleh seseorang. Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Meyers (1996), “cognition refers to all the mental activities associeted with thinking, knowing, and remembering”. Pengertian yang hampir sama juga diberikan oleh Margareth W. Matlin (1994), yaitu : “cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval and use of knowledge”.  Dalam Dictionary of Psychology karya Drever dijelaskan bahwa “kognitif adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran” (Kuper & Kuper, 2000). Kemudian dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin (2000), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai”.
Sejumlah ahli psikologi menggunakan istilah thinking atau pikiran untuk menunjuk pengertian yang sama dengan cognition (kognisi), yang mencakup aktifitas mental. Meyers (1996) menjelaskan bahwa, “thinking or cognition, is the mental activity associated with processing, understanding, and communicating information... these mental activities, including the logical and sometimes illogical ways in which we create concepts, solve problems, make decision, and form judgments”. Alkinson, dkk (1991) mengartikan berpikir sebagai “ kemampuan, membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata”. Menurut Syah (2009) ranah kognitif ini meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam posting (Anwar Holil, 2008).
Dari pengertian-pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli pskologi untuk menjelaskan semua aktifitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan langkahnya.

B.       Teori Perkembangan Kognitif
1.      Menurut Piaget
·         Ide-ide dasar Teori Piaget
Piaget mengemukakan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
a.       Anak adalah pembelajar yang aktif. Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa saja yang mereka lihat dan mendengarkan dengan pasif. Sebaliknya mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi.
Dalam memahami dunia mereka, anak menggunakan apa yang disebut oleh Piaget dengan skema, yaitu konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran mereka yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi.
b.      Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa saja yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
c.       Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Dalam menggunakan dan mengadaptasi skema mereka, ada dua proses yang bertanggungjawab, yaitu: assimilation dan accomodation. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasuki pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika anak  menyesuaikan diri pada informasi baru.
d.      Proses ekuilibrasi menunjukan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek. Menurut Piaget, melalui kedua proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi sistem kognisi seseorang berkembang bertahap sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrum, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan. Kondisi ini menimbulkan konflik kognitif atau disequilibrum, yakni ketidaknyamanan mental yang mendorongnya untuk membuat pemahaman tentang yang mereka lihat.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mengikuti jalan pikiran si anak itu sendiri, sehingga dapat dimengerti mengapa timbul respon demikian pada anak tersebut.
Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap Sensorimotor
Usia 0-2 tahun

Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
Tahap Pra-operasional
Usia 2-7 tahun

Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.
Tahap Pra-Operasional
Usia 7-11 tahun

Pada saat ini akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Tahap Pra-Operasional
Usia 11-Dewasa

Remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik.
Menurut Piaget, perkembangan dari masing-masing tahap-tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dan perkembangan dari perkembangan tahap sebelumnya. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir. Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisasi dan diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisasi dan merespon berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran  dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Dari sudut biologi, asimilasi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek ekternal menjadi struktur pengetahuan internal. (Lerner & Hultsch, 1983).
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui, atau menggabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan baru. Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya. Harus mencapai keseimbangan, yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan dan aktivitas lingkungan terhadap individu.

C.      Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Terhadap Pendidikan
Teori-teori kognitif yang diajukan Piaget sebenarnya hanya bermaksud menerangkan dan memberi satu pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kognisi anak-anak berkembang. Teresa M. Mc Devvit Jeane Ellis Ormrod (2002) menyebutkan beberapa implikasi teori Piaget bagi guru-guru disekolah, yaitu:
Ø  Memberi kesempatan kepada peserta didik melakuka eksperimen terhdap objek-objek fisik dan fenomena-fenomena alam.
Pada tingkat pra-sekolah eksplorasi ini dapat berupa permainan dengan air, pasir, balok-balok kayu, dan lain-lain. Selama tahun-tahun sekolah dasar, eksplorasi mungkin dilakukan melalui beberapa aktivitas, seperti melempar dan menangkap bola, menjelajahi alam, bekerja dengan menggunakan stik es krim, dan lain-lain.
Demikian juga halnya dengan siswa-siswa sekolah menengah meskipun telah memiliki kemampuan untuk berfikir abstrak, masih perlu diberi kesempatan untuk memanipulasi dan melakukan eksperimen dengan benda-benda konkret, seperti bereksperimen dengan menggunakan alat-alat di laboratorium, kamera, dan film, peralatan memasak dan makan, atau dengan peralatan tukang kayu.
Ø  Mengeksplorasi kemampuan penalaran siswa dengan mengajukan pertanyaan atau pemberian tugas-tugas pemecahan masalah.
Dengan memberikan tugas-tugas Piagetian, baik yang berkaitan dengan keterampilan berpikir operasional konkret maupun operasional formal (seperti konservasi, multifikasi, separasi atau mengontrol variabel-variabel, penalaran proporsional dan sebagainya), serta dengan mengobservasi respons siswa terhadap tugas-tugas tersebut, guru akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana pemikiran penalaran para siswa.
Ø  Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menjadi acuan dalam menginterprestasikan tingkah laku siswa dan mengembangkan rencana pelajaran.
Tahap-tahap perkembangan Kognitif Piaget memang tidak selalu akurat dalam mendeskripsikan kemampuan berpikir logis para siswa, tetapi bagaimanapun tahapan pemikiran yang diajukannya dapat memberikan petunjuk tentang pemikiran dan proses penalaran siswa pada berbagai tingkat usia (Metz, 1997). Guru sekolah dasar misalnya akan memahami bahwa siswanya kemungkinan menghadapi kesulitan dengan proporsi (seperti : pecahan atau desimal) dan dengan konsep-konsep abstrak (seperti : konsep keadilan, kebaikan, dan lain-lain). Sedangkan bagi guru sekolah menengah tentu akan lebih mengharapkan siswanya mendiskusikan ide-ide tentang kemajuan hidup masyarakat meskipun berupa pemikiran yang tidak realistis.
Ø  Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget juga memberikan petunjuk bagi para guru dalam memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif pada tingkat kelas yang berbeda.
Guru harus tidak meremehkan atau tidak mengunggulkan kemampuan berpikir siswa saat sekarang. Sebaliknya, siswa pada setiap tingkat didorong untuk secara aktif menggabungkan informasi yang ada agar sampai kedalam skema mereka. Untuk itu, mereka harus melakukan tindakan atas informasi dengan berbagai cara, dan proses pendidikan di sekolah harus memberi siswa kesempatan untuk memiliki pengalaman atas dunia.
Ø  Merancang aktivitas kelompok dimana siswa berbagai pandangan dan kepercayaan dengan siswa lain.
Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu akurat dan logis.
Dalam hal ini, menarik apa yang ditulis Piaget (dalam William Crain, 1980): Children Begin to think logically to coordinate two dimensions simultaneoously partly by learning to consider two or more perspective in their dealings with other. Thus, interactions should be encouraged, and the most benificial ones are thoses in which children feel dominated by an authority who knows the “right” anwer, they will have difficulty appreciating differences in perspectives. In group discussions with other children, in contrast, they have a better opportunity do deal with different viewpoint as stimulating challenges to their own thinking.

Kritik Terhadap Teori Piaget
Piaget adalah tokoh besar di bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya tentang perkembangan kognitif memberikan pengaruh luar biasa dan bertahan hingga kini.
Berkat jasa Piaget, dunia menerima pandangan bahwa anak dan remaja adalah pemikir aktif dan konstruktif yang melalui interaksi dengan lingkungannya, membentuk perkembangan mereka sendiri. Beberapa ide Piaget tentang pemikiran operasional formal mulai dipandang memiliki kelemahan. Misalnya, dalam mendeskripsikan urutan perkembangan kognitif, Piaget kurang mempertimbangkan variasi individual. Padalah sejumlah penelitian menunjukan terdapat lebih banyak variasi individual pada pemikiran operasional formal daripada yang dibayangkan Piaget.
Dalam hal ini Adams & Gullotta (1983), menyatakan bahwa pengalaman personal dalam berbagai aspek kehidupan, secara umum mungkin menentukan aplikasi dari pemikiran formal operasional tersebut. Demikian juga dengan David Elkind (1998) memperlihatkan betapapun pemikiran remaja telah jauh berkembang dibandingkan pemikiran anak usia sekolah, tetapi dalam beberapa hal pemikiran remaja terlihat kurang matang yang dimanifestasikan setidaknya dalam enam karakteristik, yaitu:
v  Idealisme dan kekritisan. Ketika para remaja memimpikan dunia yang ideal, mereka menyadari betapa jauhnya mereka dengan dunia nyata, dimana mereka memegang tanggungjawab orang dewasa.
v  Argumentativitas. Para remaja senantiasa mencari kesempatan untuk mencoba atau menunjukkan kemampuan penalaran formal baru mereka. Mereka menjadi argumentatif ketika mereka menyusun fakta dan logika untuk mencari alasan, misalnya: begadang.
v  Ragu-ragu. Para remaja dapat menyimpan berbagai alternatif dalam pikiran mereka pada waktu yang sama, tetapi karena kurangnya pengalaman, mereka kekurangan strategi efektif untuk memilih.
v  Menunjukkan hypocrisy. Remaja sering tidak menyadari perbedaan antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dan membuat pengorbanan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya.
v  Kesadaran diri. Para remaja sekarang dapat berpikir tentang pemikirn-pemikiran mereka sendiri dan pemikiran orang lain. Kesadaran diri remaja yang demikian disebut oleh Elkind sebagai “imaginary audience” , yakni perilaku menarik perhatian, keinginan untuk diperhatikan, tampil menonjol dan menjadi pusat perhatian, seperti seorang yang tampil dipanggung.
v  Kekhususan dan ketangguhan. Karakteristik lain yang menunjukkan ketidakmatangan pemikiran remaja adalah keyakinan remaja tentang dirinya yang spesial, unik, dan tidak tunduk pada peraturan yang mengatur dunia, atau disebut oleh Elkind  sebagai “personal fable” (dongeng pribadi). Bentuk egosentrisme khusus ini mendasari perilaku self-destructive dan berisiko. Dalam sebuah studi tentang personal fable, remaja lebih cenderung melihat dirinya rapuh terhadap resiko-resiko tertentu, seperti alkohol dan obat-obatan lainnya (Qurdrel, Fischoff, & Davis, 1993).



D.    Perkembangan Proses Kognitif
Berbeda dengan piaget, para pakar psikologi pemrosesan informasi tidak menggambarkan perkembangan kognitif dalam tahap-tahap atau serangkaian subtahap tertentu. Sebaliknya, teori pemrosesan informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian memori, metakognisi dan strategi kognitif. Teori pemrosesan informasi  ini setidaknya didasarkan atas tiga asumsi umum , pertama, pikiran dipandang sebagai suat sistem penyimpanan dan pengembalian informasi. Kedua, individu-individu memproses informasi dari  lingkungan, dan ketiga, terdapat keterbatasan  pada kapasitas untuk memproses informasi dari   seorang individu (Zigler & Stevenson,1993 ).
Berdasarkan pada asumsi-asumsi diatas, dapat di pahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana informasi memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan berpikir. Jadi inti dari pendekatan pemrosesan informasi ini adalah proses memori dan proses berpikir.
Robert  siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakterisitik utama dar pendekatan pemrosesan informasi, yaitu : (1) proses berpikir, (2) mekanisme pengubah, (3)  modifikasi diri.
Para ahli teori pemrosesan informasi tidak selalu setuju  tentang mekanisme tertentu yang terlibat dalam belajar dan mengingat informasi.  Meskipun demikian, beberapa orang dari mereka  setuju atas beberapa ide dan konsep dasar teori ini, yaitu :
a.       Input dari lingkungan hanya memberikan pengarus yang kecil bagi proses kognitif.
b.      Memori manusia melibatkan dua mekanisme penyimpanan, yaitu : memori aktif  (working memory) dan memori jangka panjang (longterm memory)
c.       Perhatian adalah penting dalam roses jangka panjang.
d.      Berbagai proses  kognitif terlibat dalam perpindahan informasi dari memori aktif ke memori jangka panjang.
e.       Manusia mengontrol bagaimana ia memproses informasi.
f.       Perkembangan kognitif meliputi perubahan ggradual dalam berbagai komponen dar sistem pemrosesan informasi.

E.       Aspek perkembangan kognitif peserta didik
Aspek perkembangan kognitif peserta didik terdiri dari persepsi, mekanisme persepsi, ingatan atau memori, perkembangan memori, dan atensi atau perhatian.
1.         Persepsi
Perepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yag sangat penting. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya.

·         Pengertian persepsi
Istilah persepsi berasal dari bahasa inggris perseption, yang diambil dari bahasa latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan “penglihatan atau tanggapan” (echol dan shadili,1997). Menurut leavet 1978 perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perceptio adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Chaplin (2002) mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra”. Sedangkan Morgan (1979) mengartikan persepsi sebagai “the process of discriminating among stimuli and of interpreting their meaning”. Menurut Matlin (1994), “perception is a proces that uses our previous knowledge to gather and interpret the stimuli that our sense register. Hampir senada dengan matlin, matsumoto (2000) mendefinisikan “ perception is the process of gathering information about the world through our sense “.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsaan) yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Segala informasi tentang dunia akan sampai ke individu melalui indra seperti indra penglihatan menangkap cahaya dan benda-benda, indra pendengaran menangkap gelombang suara, indra pengecap menangkap rasa, indra temperatur menangkap suhu udara. Namun dalam prakteknya, pengindraan itu tidak bekerja sendiri, melainkan merupakan kombinasi dari berbagai alat indra lain.
Penilaian ( appraisal) seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan meelalui proses kongnitif, yaitu proses mental yang memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai dan menggunakan informasi yang diperoleh melalui kongnitif yang ada pada diri manusia akan memugkinkan erjadiya proses penyaringan, perubahan atau modifikasi dari stimulus yang ada.
Jadi, manusi tidak memberikan respon terhadap setiap stimulus secara otomatis seperti sebuah mesin. Namun, antara stimulus dan respon terdapat penyela, yaitu proses kongnitif atau yang disebut oleh lazarus (1991) sebagai : penilaian kongnitif (  cognitive appraisal ) . proses kognitif inilah yang mengarahkan pola pikir dan reaksi-reaksi kognitif yang kompleks lain nya. Sehubungan dengan hal ini, piaget (dalam cremers, 1988) menulis :
Manusia bukan reaktor pasif terhadap stimulus ekstern atau dorongan naluriah intern yang mendeterminiasai dirinya (lingkunga dan kumpulan objek statis tersendiri, yang terpisah dari subjek yang mengobservasinya); tetapi manusia adalah makhluk yang membangun (konstruktis) kognitifnya secara aktif, yang senantiasa menyusun reaksi-reaksi kogntifnya tentang realitasnya sehingga lingkungan dapat dilhat sebagai hasil penilaiain dirinya. 

§  Mekanisme persepsi
Persepsi adalah proseo kognitif yang kompleks untuk mnghasilkan suatu gambaran yang unik tentang relistas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya. Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu : seleksi, penyusunan, dan penafsiran.
a.       Seleksi adalah proses penyarigan oleh indra terhadap stimulus. Seleksi percetual ini tidak hanya bergantung pada determina  determinan utama dari perhatian seperti : intensitas (intensity), kualitas (quality), kesegaran (suddennes), kebaruan (novelty), gerakan (movement) dan kesesuaian (kongruity) dengan muatan kesadaran yang telah ada melainkan juga tergantung pada minat, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai yang dianut.
b.      Penyusunan adalah proses mereduksi, mengorganisasikan, menata, atau menyederhanakan informasi yang kompleks dalam suatu yang bermakna. Sesuai dengan teori Gestalt, manusi secara alamiah memiliki kecenderungan tetentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan objek-obek perceptual. Berdasarkan pemikiran ini, mka Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan dalam menyusun informasi ini diantaranya prinsip kemiripan (similarity), prinsip kedekatan (proximility), prinsip ketertutupan atau kelengkapan (closure), prinsip searah (direction), dan lain-lain (Solso, 1988 ; Brennan, 1991)
c.       Penafsiran adalah proses menerjemahkan atau menginterprstasikan informasi atau stimulus kedalam bentuk tingkah laku sebagai respons.
§  Memori (ingatan)
Memori adalah sistem kognitif manusi yang mempunyai fungsi menyimpan in formasi atau pengetahuan. Suharman (2005) menyatakan  bahwa : ingatan atau memory menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime)”, sementara itu, menurut Caplin (2002), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat di ingat kembali. Myers (1996), mendefinisikan memori sebagai : “the process by which we encode, store, and retrieve information”. Santrock (2004) mendefinisikan memori sebagai retensi ( ingatan ) informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding (pengkodean), storage (penyimpanan), dan retrieval (pengambilan kembali).

§  Perkembangan Memori
Setelah anak usia 7 tahun tidak terlihat adanya peningkatan yang berarti. Namun, mereka memproses informasi menunjukan keterbatasan-keterbatasan dibandingkan dengan orang dewasa. Berbeda halnya dengan memori jangka panjang, terlihat adanya peningkatan seiring dengan penambahan usia selama masa usia sekolah. Ini dikarenakan memori jangka panjang sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan belajar individu ketika mempelajari dan mengingat informasi.
            Dalam suatu studi tentang perkembangan memori, dilaporkan rentang memori meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada usia 2 tahun, anak dapat mengingat 2 digit, pada anak usia 7 tahun meningkat menjadi 5 digit dan 7 digit pada usia 12 tahun.
            Imagery (perbandingan) adalah tipe dari karakteristik pembayaran dari seseorang (chaplin,2002). Reese misalnya menunjukan bahwa meskipun perbandingan bermanfaat bagi anak-anak usia 6 tahun telah menggunakan perbandingan mental secara spontan dalam berbagai tugas mereka. Selanjutnya, Yulle dan Catchpole menyatakan bahawa memori anak-anak kelas satu sekolah dasar meningkat setelah mereka dilatih membentuk perbandingan interaktif. Demikian pentingnya penggunaan strategi perbandingan dalam meningkt memori anak, maka Fly dan Lupart merekomendasikan agar para pendidikhendaknya memberikan lebih banyak pelajaran tentang bagaimana belajar. Singkatnya, anak-anak yang lebih muda dapat memperoleh manfaat dari latihan yang dirancang untuk meningkatkan memori mereka (Matlin, 1994).
            Retrieval (pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan (Chaplin,2002). Seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak belajar bagaimana menggunakan keempat strategi yaitu : reahearsal,organization, imagery, retrieval.

Atensi ( Perhatian)
Sejumlah psikolog memandang atensi mempunyai peranan dalam proses persepsi.
a.      Pengertian Atensi
Atensi (attention) atau perhatian merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang digunakan yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif (Parkon, 2000). Menurut chaplin (2002), atensi adalah konsentrasi terhadap aktivitas mental. Sedangkan Margaret W. Matlin (1994). Menggunakan istilah atensi untuk merujuk pada konsentrasi terhadap suatau tugas mental, dimana individu mencoba untuk meniadakan stimulus lain yang menggangu.
b.        Perkembangan Atensi
Aspek-aspek atensi yang berkembang selama masa bayi memiliki arti yang sangat penting selama tahun-tahun prasekolah. Penelitian telah menunjukkan bahwa hilangnya atensi (habitutation) dan pulihnya atensi ( dishabituation) jika diukur pada 6 bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun prsekolah.
Para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa perubahan ini mencerminkan suatu pergeseran pengendalian kognitif perhatian sehingga anak-anak bertindak kurang impulsif (Santrock, 1995)
John Flavel ( dalam Woolfolk & Nicolich,2004 ) mendeskripsikan empat aspek atensi yang berkembang seiring dengan bertambah besarnya anak, yaitu :
a.         Ketika anak-anak tumbuh semakin besar, ia lebih mampu mengendalikan atensinya. Mereka tidak hanya memiliki atensi dangkal, tetapi mereka juga semakin berkembang ketika fokus pada apa yang penting dan mengabaikan detail-detail yang tidak relevan.
b.        Seiring dengan perkembangannya, anak-anak menjadi lebih baik dalam menyesuaikan kemampuan atensinya dengan tugas.
c.         Anak-anak mengembangkan kemampuannya untuk merencanakan bagaimana ia akan mengarahkan atensinya. Mereka akan mencari kata kunci untuk menentukan sesuatu yang penting dan siap untuk memperhatikan.
d.        Anak-anak mengembangkan kemampuan mereka untuk memonitor atensinya, menetapkan apakah mereka menggunakan strategi yang tepat, dan mengubah pendekatan saat diperlukan untuk mengikuti rangkaian peristiwa yang kompleks.
           


F.       Implikasi Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Pada perkembangan kognitif peserta didik anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memperoleh informasi, dan mereka dapat pengetahuan dan kehlian yang kompleks.
Beberapa strategi yang dapat digunakan pendidik dalam mengembangkan proses-proses kognitif siswa.
1.      Ajak peserta didik untuk memfokuskan perhatian dan meminimalkan gangguan
2.      Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan nada suara yang menunjukan bahwa ada sesuatu yang penting
3.      Bantu peserta didik untuk membuat isyarat atau petunjuk sendiri atau memahami satu kalimat yang perlu diperhatikan.
4.      Gunakan komentar instruksional
5.      Buat pembelajaran menjadi menarik
6.      Gunakan media dan teknologi secara efektif
7.      Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menenangkan
8.      Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang, dan  model tempat duduk.
9.      Member pelajaran pada siswa dengan mengharuskan peserta didik menyentuh, membaui, atau merasakan.
10.  Hindari prilaku yang membingungkan
11.  Dorong peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran secara lebih mendalam
12.  Bantu peserta didik menata informasi yang akan dimasukkan kedalam memori.
13.  Bantu peserta didik mengingat kembali informasi yang disajikan sebelumnya.
14.  Bantu peserta didik memahami dan mengkombinasikan informasi
15.  Latih peserta didik menggunakan strategi mnemonik. Yakni strategi memori dengan cara menghafal.























BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Perkembangan kognitif peserta didik sangat penting untuk dipahami khususnya bagi pendidik. Karena pendidik merupakan tonggak dalam proses pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Perkembangan kognitif kanak-kanak awal menurut Piagetian adalah sejak umur 2-7 tahun. Pada masa itu Piaget menyebutnya dengan tahap pra-operasional, dimana sang anak berpendapat hanya menurut sudut pandangnya saja, tidak mampu memberikan penjelasan meskipun ia mengetahui sebab akibat dari suatu kejadian, dan mengatributkan  kehidupan pada benda mati.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif kanak-kanak awal adalah emosional sang ibu dan nutrisi atau pola makan yang dikonsumsi sang ibu sebelum dan sesudah lahir.
Kemampuan kognitif yang mencakup didalamnya potensi dan kreativitas anak pada masa kanak-kanak awal dapat terwujud jika orangtua nya sangat peduli terhadap perkembangan anaknya, serta diberi kebebasan untuk anak agar mampu mengembangkan potensi yang ia miliki. Serta memberikan contoh yang baik demi perkembangan anak selanjutnya.

2.        SARAN
Sebagai orang tua harus mampu memberikan teladan yang baik untuk anaknya dan mengetahui sejauh mana kemampuan dan perkembangan anak. Selain perang orangtua, peran pendidik juga sangat penting dalam memahami perkembangan peserta didik, demi terlaksananya proses pendidikan yang berkualitas.







Daftar Pustaka

Dr.H.M Hosnan Dip.Ed,M.Pd. 2015. Children’s Psychology Development (Psikologi Perkembangan Peserta Didik-P3D). Jakarta:-.

Taufik, M. 2014. Psikologi Pendidikan dan Bimpesdik. Depok: PGSD Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar