Jumat, 01 Januari 2016

LIMA DIMENSI KUNCI KECERDASAN





Lima Dimensi Kunci dalam Kecerdasan Sosial

      Kecerdasan sosial (atau social intelligence) kini tampaknya kian menduduki peran yg amat penting ketika kita hendak membangun sebuah relasi yg produktif nan harmonis. Relasi kita dg kerabat, dg tetangga, dg rekan kerja atau juga dg atasan mungkin bisa berjalan dg lebih asyik kalau saja kita mampu mendemonstrasikan sejumlah elemen penting dlm kecerdasan sosial.
      Secara garis besar, Albrecht menyebut adanya lima elemen kunci yg bisa mengasah kecerdasan sosial kita, yg ia singkat menjadi kata SPACE. Kata S merujuk pada kata situational awareness (kesadaran situasional). Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kehendak utk bisa memahami & peka akan kebutuhan serta hak orang lain. Orang yg tanpa rasa dosa mengeluarkan gas di lift yg penuh sesak itu pastilah bukan tipe orang yg paham akan makna kesadaran situasional. Demikian juga orang yg merokok di ruang ber AC atau yg merokok di ruang terbuka & menghembuskan asap secara serampangan pd semua orang disekitarnya.
      Elemen yg kedua adalah presense (atau kemampuan membawa diri). Bagaimana etika penampilan Anda, tutur kata & sapa yg Anda bentangkan, gerak tubuh ketika bicara & mendengarkan adalah sejumlah aspek yg tercakup dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yg berlainan ttg mutu presense yg dihadirkannya. Anda mungkin bisa mengingat siapa rekan atau atasan Anda yg memiliki kualitas presense yg baik & mana yg buruk.
      Elemen yg ketiga adalah authenticity (autensitas) atau sinyal dari perilaku kita yg akan membuat orang lain menilai kita sbg orang yg layak dipercaya (trusted), jujur, terbuka, & mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini amat penting sebab hanya dg aspek inilah kita bisa membentangkan berjejak relasi yg mulia nan bermartabat.
      Elemen yg keempat adalah clarity (kejelasan). Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan utk menyampaikan gagasan & ide kita secara renyah nan persuasif shg orang lain bisa menerimanya dg tangan terbuka. Acap kita memiliki gagasan yg baik, namun gagal mengkomunikasikannya secara cantik shg atasan atau rekan kerja kita tdk berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yg produktif barangkali memang hanya akan bisa dibangun dg indah manakala kita mampu mengartikulasikan segenap pemikiran kita dg penuh kejernihan & kebeningan.
      Elemen yg terakhir adalah empathy (atau empati). Aspek ini merujuk pd sejauh mana kita bisa berempati pd pandangan & gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki ketrampilan utk bisa mendengarkan & memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yg guyub & meaningful kalau saja kita semua selalu dibekali dg rasa empati yg kuat  terhadap sesama rekan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar