Jumat, 01 Januari 2016

BAGAIMANA LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNALARAS



ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS  (TUNALARAS)

  Tunalaras: Anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan tingkah laku, tidak sesuai dengan norma-norma  yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya sehingga merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan karena ya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya.
  Pengertian menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1977:
    Tunalaras yaitu anak yang berumur antara 8 – 17 tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan atau hambatan emosi dan kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
  Seorang anak dikatakan memiliki kelaianan tingkah laku  bila mengandung unsur :
a.       Tingkah laku anak menyimpang adari standart yang diterima umum.
b.      Derajat penyimpangan tingkah laku dari standart umum sudah exstrim.
c.       Lamanya waktu pola tingkah laku itu dilakukan.
Ciri-ciri anak tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku):
1.      Cenderung membangkang.
2.      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
3.      Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
4.      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
Klasifikasi Kelainan Perilaku:
  1. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada anak yang melawan kekuasaan seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
  1. Anak yang cemas-menarik diri (anxious-whitdraw) adalah anak yang pemalu, penakut, suka menyendiri, peka dan penurut.
      (mereka tertekan batinnya).
3. Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam,
4. Anak agresi sosialisasi (sosialized agresive) : mengacu kepada anak yang bersosialisasi dgn geng tertentu. Anak tipe ini ternasuk dalam perilaku pencurian pembolosan.
Penggolongan Anak Tunalaras:
.    Menurut Jenis Gangguan dan Hambatan :
 a.  Gangguan emosi
       Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan.
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas
 b.  Gangguan sosial
       Anak ini mengalami gangguan atau merasa kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala, menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan kebahagiaan orang lain.
        Anak delinkwensi merupakan salah satu bagian anak tunalaras dengan gangguan karena social perbuatannya menimbulkan kegocangan ketidak bahagiaan/ketidak tentraman bagi masyarakat. Perbuatannya termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri, menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak kecanduan narkotika, dan sebagainya
2. Klasifikasi berat ringannya kenakalan
  Besar kecilnya gangguan emosi, artinya semikin tinggi memiliki perasaan negative terhadap orang lain. Makin dalam rasa negative semakin berat tingkat kenakalan anak tersebut.
  Frekwensi tindakan, artinya frekwensi tindakan semakin sering dan tidak menunjukkan penyesalan terhadap perbuatan yang kurang baik semakin berat kenakalannya.
  Berat ringannya pelanggaran/kejahatan yang dilakukan dapat diketahui dari sanksi hukum.
  Tempat/situasi kenalakan yang dilakukan artinya anak berani berbuat kenakalan di masyarakat sudah menunjukkan berat, dibandingkan dengan apabila di rumah.
  Mudah sukarnya dipengaruhi utk bertingkah laku baik. Para pendidikan atau orang tua dapat mengetahui sejauh mana dengan segala cara memperbaiki anak. Anak “bandel” dan “keras kepala” sukar mengikuti petunjuk termasuk kelompok berat.
  Tunggal atau ganda ketunaan yang dialami. Apabila seorang anak tunalaras juga mempunyai ketunaan lain maka dia termasuk golongan berat dalam pembinaannya.
Teknik Mengenal Anak Tunalaras
Ada beberapa cara untuk menetapkan tunalaras, yaitu:
1.   Psikotes
      dilakukan untuk mengetahui kematangan sosial dan gangguan emosi.
      Yang berhak melakukan psikotes dan mengumumkannya adalah psikolog, psikiater, dan counselor, atau orang lain di bawah bimbingannya
2.   Sosiometri
      Sosiometri adalah alat tes yang digunakan untuk melihat/ mengetahui suka atau tidaknya seseorang dengan cara menanyakan kepada sekelompok orang.
3.    Membandingkan dengan tingkah laku anak pada umumnya
4.    Memeriksakan ke Biro Konsultasi Psikolog
5.    Memeriksakan ke Klinik Psikiatri Anak
Faktor-faktor Penyebab Ketunalarasan
1.   Kondisi/kelainan fisik
Ø  Kondisi fisik dapat menyebabkan gangguan tingkah laku baik secara langsung maupun tidak langsung.
        Pengaruh /gangguan pada kelenjar endokkrin.
Ø  Kecacatan menyebabkan timbulnya keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan  baik kebutuhan fisisk-biologis maupun kebutuhan psikologis.
2. Masalah perkembangan
    Masa perkembangan penuh dengan konflik/masalah:
Ø  Mampu mengatasi konflik: individu dapat menyesuaikan diri dgn lingkungan sosial 3. Lingkungan keluarga
   - Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar utk perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada anak.
 -  kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua mengakibatkan anak mencarinya di luar rumah.
 - Banyak tindakan kenakalan atau gangguan tingkah laku dilakukan  oleh anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis.
 - Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran secara relatif dpat melengkapi rangsanagn-rangsanagn utk melakukan pencurian, penipuan, dan perilaku menyimpang lainnya.
Ø  Tidak  mampu mengatasi konflik: menimbulkan emosi dan tingkah laku.
        Konflik umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan pada masa puber. Ciri yang menonjol:  sikap anak yang suka menentang dan keras kepala
   
4. Lingkungan Sekolah
    - Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran.
   -  Sikap guru yang terlalalu lemah dan membiarkan anak didiknya tidak disiplin mengakibatkan anak didik berbuat sesuka hati dan berani melakukan tindakan-tindakan menentang peraturan.
   -  Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas yg dibutuhkan anak didik utk menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang mengakibatkan anak mengalurkan aktifitasnya pd hal-hal yang kurang baik.
5. Lingkungan Masyarakat
-          Sikap masyarakat yang negatif ditambah dengan  banyaknya hiburan yg tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak merupakan sumber terjadinya kelainan tingkah laku.
-  Kematangan emosional seorang anak ditentukan dari hasil interaksi  anak dengan lingkungannya.
Model Pendekatan Pelayanan Anak tunalaras
  1. Model Biogenetik
      model ini berdasarkan asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh kecacatan genetik atau biokimiawi sehingga  penyembuhannya ditekankan pada pengobatan, diet, olahraga, operasi atau mengubah lingkungan
  1. Model Behavioral (Tingkah laku)
       Model ini mempunyai asumsi bahwa gangguan emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri yang terbentuk, bertahan dan mungkin berkembang karena berinteraksi dengan lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah. Karena itu penanganannya tidak hanya ditujukan kepada anak tetapi juga pada lingkungan tempat tinggal dan belajar.
3. Model Spikodinamika
    Berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang atau gangguan emosi disebabkan oleh gangguan atau hambatan yg terjadi dalam proses perkembangan kepribadian. Ada juga yang mengatakan adanya konflik bathin yg tidak teratasi.
    Untuk mengatasi gangguan perilaku dengan mengadalkan pengajaran psikoedukasional yaitu menggabungkan usaha membantu anak dalam mengekpresikan dan mengendalikan perasaannya.
4. Model Ekologis
    Gangguan perilaku terjadi karena adanya disfungsi antara anak dgn lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar