ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNALARAS)
Tunalaras: Anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan tingkah laku, tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia
maupun masyarakat pada umumnya sehingga merugikan dirinya sendiri maupun orang
lain dan karena ya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan
dirinya maupun lingkungannya.
Pengertian menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 1977:
Tunalaras
yaitu anak yang berumur antara 8 – 17 tahun dengan karakteristik bahwa anak
tersebut mengalami gangguan atau hambatan emosi dan kelainan tingkah laku
sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Seorang anak dikatakan memiliki kelaianan tingkah
laku bila mengandung unsur :
a.
Tingkah
laku anak menyimpang adari standart yang diterima umum.
b.
Derajat
penyimpangan tingkah laku dari standart umum sudah exstrim.
c.
Lamanya
waktu pola tingkah laku itu dilakukan.
Ciri-ciri anak
tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku):
1.
Cenderung
membangkang.
2.
Mudah
terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
3.
Sering
melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
4.
Sering
bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
Klasifikasi
Kelainan Perilaku:
- Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada anak yang melawan kekuasaan seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, hiperaktif.
- Anak yang cemas-menarik diri (anxious-whitdraw) adalah anak yang pemalu, penakut, suka menyendiri, peka dan penurut.
(mereka tertekan batinnya).
3. Dimensi
ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak ada perhatian,
lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam,
4. Anak agresi
sosialisasi (sosialized agresive) : mengacu kepada anak yang bersosialisasi dgn
geng tertentu. Anak tipe ini ternasuk dalam perilaku pencurian pembolosan.
Penggolongan
Anak Tunalaras:
. Menurut Jenis Gangguan dan Hambatan :
a.
Gangguan emosi
Anak tunalaras yang mengalami hambatan
atau gangguan emosi terwujud dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih,
lambat cepat marah, dan releks-tertekan.
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan merasa cemas
b.
Gangguan sosial
Anak ini mengalami gangguan atau merasa
kurang senang menghadapi pergaulan. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan hidup bergaul. Gejala-gejala perbuatan itu adalah seperti sikap
bermusuhan, agresip, bercakap kasar, menyakiti hati orang lain, keras kepala,
menentang menghina orang lain, berkelahi, merusak milik orang lain dan
sebagainya. Perbuatan mereka terutama sangat mengganggu ketenteraman dan
kebahagiaan orang lain.
Anak delinkwensi merupakan salah satu
bagian anak tunalaras dengan gangguan karena social perbuatannya menimbulkan
kegocangan ketidak bahagiaan/ketidak tentraman bagi masyarakat. Perbuatannya
termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri, menipu, menganiaya,
membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja, anak kecanduan narkotika, dan
sebagainya
2. Klasifikasi
berat ringannya kenakalan
Besar kecilnya gangguan emosi, artinya semikin tinggi
memiliki perasaan negative terhadap orang lain. Makin dalam rasa negative
semakin berat tingkat kenakalan anak tersebut.
Frekwensi tindakan, artinya frekwensi tindakan semakin
sering dan tidak menunjukkan penyesalan terhadap perbuatan yang kurang baik
semakin berat kenakalannya.
Berat ringannya pelanggaran/kejahatan yang dilakukan
dapat diketahui dari sanksi hukum.
Tempat/situasi kenalakan yang dilakukan artinya anak
berani berbuat kenakalan di masyarakat sudah menunjukkan berat, dibandingkan
dengan apabila di rumah.
Mudah sukarnya dipengaruhi utk bertingkah laku baik.
Para pendidikan atau orang tua dapat mengetahui sejauh mana dengan segala cara
memperbaiki anak. Anak “bandel” dan “keras kepala” sukar mengikuti petunjuk
termasuk kelompok berat.
Tunggal atau ganda ketunaan yang dialami. Apabila
seorang anak tunalaras juga mempunyai ketunaan lain maka dia termasuk golongan
berat dalam pembinaannya.
Teknik Mengenal
Anak Tunalaras
Ada beberapa
cara untuk menetapkan tunalaras, yaitu:
1. Psikotes
dilakukan untuk mengetahui kematangan
sosial dan gangguan emosi.
Yang berhak melakukan psikotes dan mengumumkannya
adalah psikolog, psikiater, dan counselor, atau orang lain di bawah
bimbingannya
2. Sosiometri
Sosiometri adalah alat tes yang digunakan
untuk melihat/ mengetahui suka atau tidaknya seseorang dengan cara menanyakan
kepada sekelompok orang.
3. Membandingkan dengan tingkah laku anak pada
umumnya
4. Memeriksakan ke Biro Konsultasi Psikolog
5. Memeriksakan ke Klinik Psikiatri Anak
Faktor-faktor
Penyebab Ketunalarasan
1. Kondisi/kelainan fisik
Ø Kondisi fisik dapat menyebabkan gangguan tingkah laku
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh /gangguan pada kelenjar
endokkrin.
Ø Kecacatan menyebabkan timbulnya keterbatasan dalam
memenuhi kebutuhan baik kebutuhan
fisisk-biologis maupun kebutuhan psikologis.
2. Masalah
perkembangan
Masa perkembangan penuh dengan
konflik/masalah:
Ø Mampu mengatasi konflik: individu dapat menyesuaikan
diri dgn lingkungan sosial 3. Lingkungan keluarga
- Lingkungan
keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar utk
perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada
anak.
- kurangnya kasih sayang dan perhatian orang
tua mengakibatkan anak mencarinya di luar rumah.
- Banyak
tindakan kenakalan atau gangguan tingkah laku dilakukan oleh anak-anak yang berasal dari lingkungan
keluarga yang kurang harmonis.
-
Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran secara relatif dpat
melengkapi rangsanagn-rangsanagn utk melakukan pencurian, penipuan, dan
perilaku menyimpang lainnya.
Ø Tidak mampu
mengatasi konflik: menimbulkan emosi dan tingkah laku.
Konflik umumnya terjadi pada masa
kanak-kanak dan pada masa puber. Ciri yang menonjol: sikap anak yang suka menentang dan keras
kepala
4. Lingkungan
Sekolah
- Perilaku guru yang otoriter mengakibatkan
anak merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran.
-
Sikap guru yang terlalalu lemah dan membiarkan anak didiknya tidak
disiplin mengakibatkan anak didik berbuat sesuka hati dan berani melakukan
tindakan-tindakan menentang peraturan.
-
Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas yg dibutuhkan anak didik utk
menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang mengakibatkan anak mengalurkan
aktifitasnya pd hal-hal yang kurang baik.
5. Lingkungan
Masyarakat
-
Sikap
masyarakat yang negatif ditambah dengan
banyaknya hiburan yg tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak
merupakan sumber terjadinya kelainan tingkah laku.
- Kematangan emosional seorang anak ditentukan
dari hasil interaksi anak dengan
lingkungannya.
Model Pendekatan
Pelayanan Anak tunalaras
- Model Biogenetik
model ini berdasarkan asumsi bahwa
gangguan perilaku disebabkan oleh kecacatan genetik atau biokimiawi
sehingga penyembuhannya ditekankan pada
pengobatan, diet, olahraga, operasi atau mengubah lingkungan
- Model Behavioral (Tingkah laku)
Model ini mempunyai asumsi bahwa
gangguan emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri yang
terbentuk, bertahan dan mungkin berkembang karena berinteraksi dengan
lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah. Karena itu penanganannya tidak
hanya ditujukan kepada anak tetapi juga pada lingkungan tempat tinggal dan
belajar.
3. Model
Spikodinamika
Berpandangan bahwa perilaku yang menyimpang
atau gangguan emosi disebabkan oleh gangguan atau hambatan yg terjadi dalam
proses perkembangan kepribadian. Ada juga yang mengatakan adanya konflik bathin
yg tidak teratasi.
Untuk mengatasi gangguan perilaku dengan
mengadalkan pengajaran psikoedukasional yaitu menggabungkan usaha membantu anak
dalam mengekpresikan dan mengendalikan perasaannya.
4. Model
Ekologis
Gangguan perilaku terjadi karena adanya
disfungsi antara anak dgn lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar