Rabu, 21 Oktober 2015

Kisah Keteladanan Nabi dan Rasul

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang Masalah
      Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Nabi adalah seseorang laki-laki pilihan Allah swt yang mendapatkan wahyu dari Allah swt namun tidak wajib disebarkan kepada umatnya. Sedangkan Rasul adalah seseorang laki-laki pilihan Allah swt. Yang mendapatkan wahyu dari Allah swt dan memiliki kewajiban untuk menyampaikannya kepada umatnya. Mempercayai atau meyakini adanya Nabi dan Rasul merupakan salah satu Rukun Iman, yaitu rukun Iman yang ke 4. Nabi dan rasul memiliki sifat-sifat yang menjadi tauladan untuk umatnya. Keteladanannya patut menjadi suri tauladan bagi umatnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 
1.2 Rumusan Masalah
      A. Bagaimana kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s ?
      B. Bagaimana kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s ? 
      C. Bagaimana kisah keteladanan Nabi Zulkifli a.s?

 1.3 Tujuan Penulisan
       Penulisan ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang para nabi dan rasul serta keistimewaannya dan pelajaran-pelajaran yang dapat kita petik dari cuplikan kisah-kisahnya.









 BAB II PEMBAHASAN
A. Nabi Ayyub A.S
    Nabi Ayyub a.s adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub adalah seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, hartanya melimpah ruah dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Ia hidup makmur dan sejahtera. Walau demikian, ia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang dikaruniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. Ia gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan fakir miskin. Allah SWT berfirman: وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ "Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84) Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya. Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya. Allah SWT berfirman: وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ. ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ. وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ. وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ "Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44) Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan. Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir. Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya: وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)


 B. Nabi Sulaiman A.S
     Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Daud. Sejak usia muda sudah nampak kecedasan dan kebijaksanaannya di bidang hukum. Jika seseorang tidak puas mendapat pengadilan dari Nabi Daud, maka mereka akan puas jika pengadilan itu dipimpin Nabi Sulaiman. Beberapa keistimewaan Nabi Sulaiman ialah bisa berbicara dengan binatang, menguasai jin dan setan. Sedangkan angin menjadi kendaraannya yang melaju cepat. Perjalanannya dari pagi hingga sore hari sama dengan perjalanan satu bulan bagi orang biasa. Pada suatu hari Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi seluruh bala tentaranya. Baik dari golongan jin, setan, binatang, dan manusia diperintahkan sama berkumpul menghadap Nabi Sulaiman. Semua sudah hadir kecuali seeekor burung bernama Hud-hud. “Mengapa burung Hud-hud terlambat datang?” kata Nabi Sulaiman. Sungguh, jika tidak bisa memberi alasan yang jelas atas keterlambatannya ini sebagai hukuman untuknya saya akan menyembelihnya.” Tak berapa lama kemudia, burung itu datang dan bersujud di hadapan Nabi Sulaiman. Hampir saja burung itu terkena hukuman jika tidak segera mengajukan alasan kenapa ia terlambat datang. “Ampunilah keterlambatan hamba ini, tuanku,” kata burung Hud-hud,”Hamba memang terlambat, tetapi hamba membaa kabar yang amat penting. Di negeri Saba hiduplah seorang ratu bernama Bulqis. Ia mempunyai singgahsana yang agung. Namun sayang, mereka tidak menyembah kepada Allah. Mereka disesatkan setan sehingga mereka menyembah matahari.” “ya, aku percaya dengan berita yang kau bawa itu”, kata Nabi Sulaiman.”Akan tetapi aku aka menyelidiki kebenaran beritamu. Bawalah suratku untuk ratu Bulqis. Jika sudah diterima sembunyilah kau di celah-celah jendela dan dengarkanlah apa yang akan dilakukan ratu Bulqis. Burung Hud-hud terbang lagi ke negeri Saba. Ia menyerahkan surat Nabi Sulaiman kepada ratu Bulqis lalu bersembunyi di balik celah jendela. Ratu Bulqis membaca surat itu. Isinya: “surat ini datang dari Sulaiman. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong terhadapku dan datanglah terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri” Setelah membaca surat itu, ratu Bulqis memanggil abdi dan penasehatnya untuk bermusyawarah. Ratu Bulqis tidak ingin terjadi peperangan yang hanya merusak keindahan istana dan merugikan rakyat. Maka dalam musyawarah itu ratu Bulqis akan mengirimkan hadiah kepada Sulaiman melalui utusannya. Berangkatlah utusan ratu Bulqis ke Palestina dengan membawa berbagai hadiah yang mahal-mahal. Ketika mereka sampai di istana Nabi Sulaiman, mereka tercengang. Kerajaan Saba tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kemegahan kerajaaan Sulaiman. Ketika para utusan itu hendak menyerahkan hadiah, Nabi Sulaiman menolak, karena ia sudah mempunyai harta benda yang jauh lebih baik daripada hadiah yang diberikan ratu Bulqis. Ia hanya minta kedatangan ratu Bulqis agar ratu itu memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Jika menurut, maka kerajaan Saba akan selamat. Jika membangkang, maka Nabi Sulaiman akan mengerahkan bala tentaranya yang tidak mungkin akan dilawan ratu Bulqis. Para utusan itu segera kembali ke negeri Saba. Mereka melaporkan segala apa yang dilihatnya tentang Nabi Sulaiman dan kerajaannya yang jauh lebih besar, megah dan kuat daripada negeri Saba. Akhrinya diputuskan bahwa ratu Bulqis akan datang memenuhi perintah Nabi Sulaiman. Dengan diiringi ribuan prajurit ratu Bulqis penguasa negeri Saba datang menemui Nabi Sulaiman di Palestina, Ia benar-benar tercengang, tak habis pikir betapa hebat kerajaan Nabi Sulaiman. Ratu Bulqis merasa malu bila mengingat betapa dahulu ia telah mengirim hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk melunakkan hatinya agar Nabi Sulaiman tidak menyerang negeri Saba. Sebelum ratu Bulqis datang, tahtanya sudah datang mendahuluinya. Nabi Sulaiman bertanya:”Serupa inikah tahta kerajaanmu?”Ya seperti kepunyaannku,” kata ratu Bulqis seraya memeriksa singgahsana tahta kerajaannya. Akhinrnya ia yakin bahwa tahta itu memang miliknya sendiri walaupun sudah dirubah sedikit warnanya. Kini bertambah yakinlah ia, bahwa Nabi Sulaiman itu seorang Nabi. Seorang Rasul utusan Allah yang dikaruniai kekuasaan luar biasa besarnya sehingga mampu memindahkan tahta kerajaannya dalam tempo singkat. Memang tahta itu milik ratu Bulqis. Nabi Sulaiman telah dibantu anak buahnya bernama Ashif bin Barkiya yaitu seorang yang memiliki ilmu dan hikmah. Kemampuannya memindahkan tahta kerajaan ratu Bulqis lebih cepat ketimbang kemampuan Jin ifrit yang menjanjikan tahta itu pindah sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Ashif bin Barkiya mampu memindahkan tahta itu hanya dalam waktu satu kedipan mata. Berkata ratu Bulqis:”Sesungguhnya saya telah mengetahui kekuasaan Allah dan kebenaran kenabian-mu sebelum ini. Yaitu tatkala datang burung Hud-hud membawa surat darimu. Sejak itu kami beriman. Yang menghalang-halangi kami untuk menyatakan keimanan kami adalah karena kami hidup di tengah-tengah kaum yang sudah mendalam kekufurannya. Itulah yang membuat kami menyembunyikan keimanan kami hingga saat ini datang menghadap kepadamu. Nabi sulaiman tersenyum lalu mempersilahkan ratu Bulqis memasuki istananya. Lantai istana itu terbuat dari kaca tipis yang di bawahnya dialiri air. Ratu Bulqid mengira diajak masuk ke aliran sungai, maka ia menyingkapkan kainnya sehingga tampaklah betis kakinya. Nabi Sulaiman segera memberitahukan bahwa lantai itu terbuat dari kaca putih yang tipis. Ratu Bulqis tersipu malu. Serta merta ia bersujud dan menyatakan keimanannya kepada Allah. “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” Akhirnya Nabi Sulaiman dan Ratu Bulqis menikah dan hidup bahagia akhir hayatnya. Mengenai wafatnya Nabi Sulaiman, hampir tidak seorangpun yang mengetahuinya. Baik dari golongan jin maupun dari golongan manusia. Kematian Nabi Sulaiman baru diketahui setelah tongkat yang digunakannya bersandar rapuh dimakan rayap dan beliau Jtuh tersungkur ke lantai. Doa Nabi Sulaiman dikabulkan Allah yaitu tidak ada seorangpun yang memiliki kerajaan besar kaya raya seperti kerajaan Nabi Sulaiman. Walaupun kaya raya dan berkuasa Nabi Sulaiman tetap tunduk patuh kepada perintah Allah.


 C. Nabi Zulkifli A.S
         Nabi Zulkifli adalah putra Nabi Ayyub dan Rahmah. Seperti ayahandanya Zulkifli mempunyai sifat yang sabar dan tegu dalam pendirian. Ia hidup di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Raja arif bijaksana. Pada suatu hari Raja tersebut mengumpulkan rakyatnya dan berkata : “siapakah yang sanggup berlaku sabar. Jika malam menidirikan shalat jika siang melakukan puasa? Tidak ada seorangpun yang berani menyatakan kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar yang mengacungkan tangan dan berkata sanggup. Sejak saat itu ia dipanggil Zulkifli artinya sanggup. Zulkifli kemudian diangkat menjadi raja. Diwaktu malam ia beribadah dan diwaktu siang ia berpuasa. Ia juga diangkat menjadi ketua hakim. Tidurnya di waktu malam hanya sedikit sekali. Pada suatu malam ketika ia hendak berangkat tidur ada seorang tamu yang hendak mengganggunya. Zulkifli mestinya sudah istirahat, namun dengan sabar a terima orang itu. “Ada apakah saudara ke mari di malam hari?” tanya Zulkifli. “Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok orang di perjalanan.” Jawab orang tua yang mengadu itu. “datanglah besok pagi atau petang hari,” kata Zulkifli. Esok pagi orang tua itu tidak datang padahal Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Pada petang hari orang itu juga tidak datang padahal ia telah bersedia untuk datang. Sewaktu Zulkifli hendak berangkat tidur orang itu datang lagi. “mengapa waktu sidang dibuka kau tidak datang?” tanya Zulkifli. “orang yang merampok saya ceerdik tuanku. Jika waktu sidang dibuka barang saya dikembalikan jika sidang ditutup barang saya dirampasnya lagi.” Jawab orang itu. Pada suatau malam raja Dzulkifli sangat mengantuk. Ia telah berpesan kepada penjaga agar menutup pintu dan mengunci. Sesudah itu ia hendak membaringkan diri. Pada saat itulah ia mendengar suara pintu diketuk orang. “Siapa yang masuk?” tanya Zulkifli. “Tidak ada seorangpun Tuanku.” Jawab prajurit penjaga Zulkifli merasa heran. Jelas tadi ia mendengar suara diketuk orang. Lalu diperiksa ke sekeliling rumah. Ternyata ia menemukan seseorang. Ia heran, semua pintu telah terkunci rapat. Darimana orang itu dapat masuk? “Kau bukan manusia, kau pasti setan!” tanya Zulkifli. “Ya, aku memang setan yang menguji kesabaranmu. Memang betul kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu dulu.” Memang, Zulkifli orang yang sangat sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya. Tidak pernah marah kepada para tamunya. Pada suatu hari terjadi peperangan di negerinya dengan pemberontak yang sangat durhaka kepada Allah. Raja Dzulkifli memerintahkan tentara dan rakyatnya untuk berangkat ke medan juang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya takut berperang. Mereka takut mati. Rakyatnya bersedia maju berperang jika Zulkifli mau mendo’akan kepada Allah agar Allah mau menjamin hidupnya., agar mereka tidak mati. Mendengar hal itu Zulkifli tidak marah. Bahkan berdo’a kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepada Zulkifli, Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan Aku mendengar do’amu, semua itu akan kukabulkan. Demikianlah dalam peperangan itu akhirnya mereka memperoleh kemenangan dan tidak ada seorangpun yang mati di medan juang. 





BAB III PENUTUP
 KESIMPULAN 

Nabi dan Rasul adalah makhluk Allah yang mempunyai keistimewaan. Dan keistimewaan itu dapat kita jadikan sebagai teladan kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Agar apa yang kita lakukan baik di mata Allah swt dan di ridhoiNya. Dari kisah-kisah nabi yang telah dipaparkan diharapkan memberikan inspirasi untuk kita semua untuk tetap beristiqomah di jalan Allah swt, agar tetap menjadi pribadi muslim yang mendapatkan syafaatnya kelak di akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar