BAB
II
LANDASAN
TEORI
Literasi sains (scinence literacy) berasal dari
gabungan dua kata latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf,melek
huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan.
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan sebagai
kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan denga alam dan
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman,
2007:2). Literasi IPA (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas
untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaaan dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan
dari perubaha yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003). Literasi
sains penting untuk dikuasai oleh siswa dapat memahami lingkungan hidup,
kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan
ilmu pengetahuan.
PISA 2000 dan 2003 menetapkan tiga dimensi besar
literasi sains dalam pengukurannya, yakni kompetensi/ proses sains,
konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains. Pada PISA 2006 dimensi
literasi sains dikembangkan menjadi empat dimensi, tambahanny yaitu aspek sikap
siswa akan sains (OECD, 2007).
1. Aspek konteks
PISA
menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara
partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional tiap
negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas
dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-butir soal pada
penilaian PISA berfokus pada situasi yang terkait pada diri individu, keluarga
dan kelompok individu (personal), terkait pada komunitas (social), serta
terkait pada kehidupan lintas negara (global). Konteks PISA mencakup
bidang-bidang aplikasi sains dalam seting personal, sosial dan global, yaitu:
(1) Kesehatan; (2) sumber daya alam; (3) mutu lingkungan; (4) bahaya; (5)
perkembangan mutakhir sains dan teknologi.
2. Aspek konten
Konten
sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk
memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan
konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains sekolah, namun
termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain
yang tersedia. Kriteria pemilihan konten sains adalah sebagai berikut:
1) Relevan dengan
situasi nyata,
2) merupakan
pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang,
3) sesuai untuk
tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
Berdasarkan
kriteria tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan
memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil
dari bidang studi biologi, fisika, kimia serta ilmu pengetahuan bumi dan
antariksa.
3. Aspek
Kompetensi/Proses
PISA
memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warganegara masa
depan, yakni warganegara yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang
semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya
pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan siswa memahami hakekat sains,
prosedur sains, serta kekuatan
dan limitasi sains. Siswa perlu memahami
bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi
terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta
tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
BAB II
Hasil Observasi
Kegiatan observasi yang kami lakukan bertempat di SDS YPKS 1 Cilegon. SDS YPKS 1 Cilegon terletak
di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 7 Komplek PT Krakatau Steel. Sekolah ini berdiri pada tahun 1972 yang
merupakan Sekolah Dasar pertama yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Krakatau
Steel. Dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 mencapai 269 siswa, yang
dibagi ke dalam sepuluh kelas, masing-masing kelas terdiri dari kelas A dan B,
kecuali kelas satu dan kelas lima yang hanya terdapat satu kelas. Setiap kelas
terdiri dari 20 sampai 30 siswa. Di SDS YPKS 1 Cilegon terdiri dari 16 guru karyawan tetap dan 5 guru
honorer, satu staf TU, tiga petugas kebersihan dan tiga petugas keamanan.
Berdasakan hasil observasi yang telah kami lakukan Di SDS YPKS 1 Cilegon, SDS YPKS 1 Cilegon menerapkan
kurikulum 2013. Kami melakukan pengamatan pada siswa kelas 3A. Dimana mata
pelajaran IPA menurut kurikulum 2013 terintegrasi kedalam mata pelajaran bahasa
Indonesia. Adapun dalam pembelajaran IPA itu sendiri SDS YPKS 1 Cilegon
menekankan sistem pembelajaran PAKEM, dimana siswa dituntut untuk aktif,
kreatif, namun pembelajarannya tetap menyenangkan bagi anak. Menurut penuturan
salah satu guru kelas di SDS YPKS 1 Cilegon yang bernama Ibu Yati Riv’ati
Rahayu, dalam pembelajaran IPA peserta didik sering melakukan belajar di luar
kelas, mereka di bimbing oleh guru untuk mengamati atau melakukan pengamatan
ataupun praktik. Seperti mengamati bentuk-bentuk daun, macam-macam batang,
bahkan melakukan praktik penanaman, seperti mencangkok, stek, dan menanam
umbi-umbian. Dalam melakukan praktik, peserta didik di bagi kedalam beberapa
kelompok dari 20 siswa.
Misalnya pada kegiatan praktikum mengamati pertumbuhan pada tumbuhan, siswa
diberikan tugas oleh guru untuk membawa berbagai macam biji-bijian, seperti biji kacang tanah, bawang, kentang,
biji cabai yang ditanam dikebun sekolah. Siswa dibagi menjadi empat kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa. Siswa melaksanakan praktik
secara mandiri dengan dibimbing oleh guru. Siswa diberitahu bagaimana cara
mencangkul, menggemburkan tanah serta menanam umbi-umbian. Kemudian mereka di
berikan tugas untuk menyusun laporan hasil pengamatan yang mereka lakukan dan
format laporan praktikum di berikan oleh guru sehingga siswa hanya mengikuti
format yang sudah diberikan oleh guru yang disesuaikan dengan RPP. Dalam
penyusunan laporan, siswa ditugaskan untuk menyusun laporan hasil praktik
secara individu, walaupun dalam praktik nya dikerjakan secara berkelompok. Namun
sebelum melakukan praktik langsung, peserta didik diberikan materi terlebih
dahulu sebagai petunjuk dalam melakukan praktik. Metode seperti ini memiliki
pengaruh besar terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih
memahami tentang materi yang disampaikan dan lebih lama untuk mengingat materi
yang disampaikan.dan siswa antusias dalam melakukan kegiatan praktik diluar
kelas, karena hakikatnya siswa sekolah dasar memiliki karakteristik senang
bermain. Jadi metode yang diterapkan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat karena
melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak
hanya menyimak apa yang disampaikan oleh guru tetapi siswa juga melakukan
praktik langsung di lapangan. Sesuai dengan konsep literasi sains yang mencakup
tiga dimensi, yaitu konten (pengetahuan sains), siswa dituntut untuk memahami
teori yang disampaikan oleh guru sebelum melakukan praktikum, kedua dimensi
proses (kompetensi sains) yaitu siswa melakukan kegiatan praktik langsung
sesuai dengan teori yang disampaikan,dalam prosesnya siswa melakukan kegiatan
untuk mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah,
dan menggunakan bukti ilmiah. Ketiga dimensi konteks (aplikasi sains),siswa
diharapkan dapat menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakat. Namun ada beberapa kendala dalam proses pembelajaran IPA di SDS
YPKS 1 Cilegon itu sendiri, yaitu terbatasnya waktu dalam proses pembelajaran,
serta siswa jarang membawa alat dan bahan untuk praktik. Sehingga dalam
melakukan kegiatan praktik menggunakan alat dan bahan seadanya.
Di SDS YPKS 1 Cilegon belum tersedia LAB IPA, hanya ada LAB bahasa dan LAB
Komputer. Akan tetapi sarana dan prasarana di SD tersebut cukup memadai.
Seperti KIT IPA yang cukup lengkap dari pemerintah.
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap
individu dituntut memiliki literasi sains (scientific literacy) yaitu memiliki
penguasaan sains secara memadai, sehingga tidak hanya untuk menghasilkan
produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan melainkan juga untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang telah diterapkan di SDS YPKS 1 Cilegon
siswa dituntut untuk memahami sains secara keseluruhan, baik dari pemahaman
pengetahuan sains, kompetensi sains maupun aplikasi sains. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat, karena
melibatkan setiap siswa dalam mengkaji materi yang diajarkan yakni dengan
melaksanakan kegiatan praktikum sederhana, sehingga memudahkan siswa dalam
memahami isi materi.
Saran
Untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran sains di SDS YPKS 1 Cilegon, hendaknya ditunjang dengan laboratorium IPA , sehingga
proses pembelajaran IPA di SDS YPKS 1 Cilegon bisa berjalan dengan baik dan
efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar