Rabu, 21 Oktober 2015

HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR


                                                        BAB II
                                            LANDASAN TEORI
Literasi sains (scinence literacy) berasal dari gabungan dua kata latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf,melek huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan.
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan sebagai kemampuan menggunakan  pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan denga alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007:2). Literasi IPA (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubaha yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003). Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.
PISA 2000 dan 2003 menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni kompetensi/ proses sains, konten/pengetahuan sains dan konteks aplikasi sains. Pada PISA 2006 dimensi literasi sains dikembangkan menjadi empat dimensi, tambahanny yaitu aspek sikap siswa akan sains (OECD, 2007).

1. Aspek konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional tiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-butir soal pada penilaian PISA berfokus pada situasi yang terkait pada diri individu, keluarga dan kelompok individu (personal), terkait pada komunitas (social), serta terkait pada kehidupan lintas negara (global). Konteks PISA mencakup bidang-bidang aplikasi sains dalam seting personal, sosial dan global, yaitu: (1) Kesehatan; (2) sumber daya alam; (3) mutu lingkungan; (4) bahaya; (5) perkembangan mutakhir sains dan teknologi.

2. Aspek konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain yang tersedia. Kriteria pemilihan konten sains adalah sebagai berikut:
1) Relevan dengan situasi nyata,
2) merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang,
3) sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dipilih pengetahuan yang sesuai untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global, yang diambil dari bidang studi biologi, fisika, kimia serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa.

3. Aspek Kompetensi/Proses
PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warganegara masa depan, yakni warganegara yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan siswa memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan
dan limitasi sains. Siswa perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.
















BAB II
Hasil Observasi

Kegiatan observasi yang kami lakukan bertempat di SDS  YPKS 1 Cilegon. SDS YPKS 1 Cilegon terletak di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 7 Komplek PT Krakatau Steel.  Sekolah ini berdiri pada tahun 1972 yang merupakan Sekolah Dasar pertama yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Krakatau Steel. Dengan jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016 mencapai 269 siswa, yang dibagi ke dalam sepuluh kelas, masing-masing kelas terdiri dari kelas A dan B, kecuali kelas satu dan kelas lima yang hanya terdapat satu kelas. Setiap kelas terdiri dari 20 sampai 30 siswa. Di SDS YPKS 1 Cilegon  terdiri dari 16 guru karyawan tetap dan 5 guru honorer, satu staf TU, tiga petugas kebersihan dan tiga petugas keamanan.

Berdasakan hasil observasi yang telah kami lakukan Di SDS YPKS 1 Cilegon, SDS YPKS 1 Cilegon menerapkan kurikulum 2013. Kami melakukan pengamatan pada siswa kelas 3A. Dimana mata pelajaran IPA menurut kurikulum 2013 terintegrasi kedalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Adapun dalam pembelajaran IPA itu sendiri SDS YPKS 1 Cilegon menekankan sistem pembelajaran PAKEM, dimana siswa dituntut untuk aktif, kreatif, namun pembelajarannya tetap menyenangkan bagi anak. Menurut penuturan salah satu guru kelas di SDS YPKS 1 Cilegon yang bernama Ibu Yati Riv’ati Rahayu, dalam pembelajaran IPA peserta didik sering melakukan belajar di luar kelas, mereka di bimbing oleh guru untuk mengamati atau melakukan pengamatan ataupun praktik. Seperti mengamati bentuk-bentuk daun, macam-macam batang, bahkan melakukan praktik penanaman, seperti mencangkok, stek, dan menanam umbi-umbian. Dalam melakukan praktik, peserta didik di bagi kedalam beberapa kelompok dari 20 siswa.

Misalnya pada kegiatan praktikum mengamati pertumbuhan pada tumbuhan, siswa diberikan tugas oleh guru untuk membawa berbagai macam biji-bijian,  seperti biji kacang tanah, bawang, kentang, biji cabai yang ditanam dikebun sekolah. Siswa dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa. Siswa melaksanakan praktik secara mandiri dengan dibimbing oleh guru. Siswa diberitahu bagaimana cara mencangkul, menggemburkan tanah serta menanam umbi-umbian. Kemudian mereka di berikan tugas untuk menyusun laporan hasil pengamatan yang mereka lakukan dan format laporan praktikum di berikan oleh guru sehingga siswa hanya mengikuti format yang sudah diberikan oleh guru yang disesuaikan dengan RPP. Dalam penyusunan laporan, siswa ditugaskan untuk menyusun laporan hasil praktik secara individu, walaupun dalam praktik nya dikerjakan secara berkelompok. Namun sebelum melakukan praktik langsung, peserta didik diberikan materi terlebih dahulu sebagai petunjuk dalam melakukan praktik. Metode seperti ini memiliki pengaruh besar terhadap motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih memahami tentang materi yang disampaikan dan lebih lama untuk mengingat materi yang disampaikan.dan siswa antusias dalam melakukan kegiatan praktik diluar kelas, karena hakikatnya siswa sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain. Jadi metode yang diterapkan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat karena melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya menyimak apa yang disampaikan oleh guru tetapi siswa juga melakukan praktik langsung di lapangan. Sesuai dengan konsep literasi sains yang mencakup tiga dimensi, yaitu konten (pengetahuan sains), siswa dituntut untuk memahami teori yang disampaikan oleh guru sebelum melakukan praktikum, kedua dimensi proses (kompetensi sains) yaitu siswa melakukan kegiatan praktik langsung sesuai dengan teori yang disampaikan,dalam prosesnya siswa melakukan kegiatan untuk mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Ketiga dimensi konteks (aplikasi sains),siswa diharapkan dapat menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Namun ada beberapa kendala dalam proses pembelajaran IPA di SDS YPKS 1 Cilegon itu sendiri, yaitu terbatasnya waktu dalam proses pembelajaran, serta siswa jarang membawa alat dan bahan untuk praktik. Sehingga dalam melakukan kegiatan praktik menggunakan alat dan bahan seadanya.

Di SDS YPKS 1 Cilegon belum tersedia LAB IPA, hanya ada LAB bahasa dan LAB Komputer. Akan tetapi sarana dan prasarana di SD tersebut cukup memadai. Seperti KIT IPA yang cukup lengkap dari pemerintah.






PENUTUP
Kesimpulan

Setiap individu dituntut memiliki literasi sains (scientific literacy) yaitu memiliki penguasaan sains secara memadai, sehingga tidak hanya untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan melainkan juga untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Sebagaimana yang telah diterapkan di SDS YPKS 1 Cilegon siswa dituntut untuk memahami sains secara keseluruhan, baik dari pemahaman pengetahuan sains, kompetensi sains maupun aplikasi sains. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SDS YPKS 1 Cilegon sudah tepat, karena melibatkan setiap siswa dalam mengkaji materi yang diajarkan yakni dengan melaksanakan kegiatan praktikum sederhana, sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi.

Saran
Untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran sains di SDS YPKS 1 Cilegon, hendaknya  ditunjang dengan laboratorium IPA , sehingga proses pembelajaran IPA di SDS YPKS 1 Cilegon bisa berjalan dengan baik dan efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar